WahanaNews.co | Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang mulai mewabah membuat pihak Asosiasi Pengusaha Daging dan Hewan Ternak (Aspednak) Indonesia mengalami dampaknya.
Aspednak mengungkapkan bahwa dampak ekonomi wabah ini sangat nyata dan mengkhawatirkan pengusaha.
Baca Juga:
24 Desa di Gunung Mas Terima Insentif dari Pemerintah Pusat Karena Kinerja Baik
Terkait hal itu, banyak pengepul dan pengusaha ternak serta daging olahan menjadi resah.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Aspednak Indonesia Isa Anshori pada awak media Senin, 16 Mei 2022.
Menurut Isa Anshori, kebijakan karantina kandang dan menutup jalur distribusi ternak antardaerah/wilayah menyebabkan ketersediaan daging dan hewan ternak terancam.
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Perketat Buka Rekening Bank, Simak Aturan Terbarunya
"Itu menyebabkan masyarakat kebingungan, di mana daging dari pemotongan ternak suspect PMK berpotensi terus beredar di provinsi asal karena para peternak berusaha menyelamatkan masing-masing pendapatannya," ujar Isa Anshori.
Hal tersebut dinilai akan terus membuat dampak harga ternak dan daging menjadi mahal.
"Meskipun terjual murah dan jangka waktu yang cepat akan terus membuat dampak harga ternak dan daging semakin mahal," kata Isa, Senin, 16 Mei 2022.
Masih menurut Isa, dalam para pembeli daging tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk restoran, hotel, rumah sakit serta pedagang makanan berbahan pokok daging.
Mereka juga terancam tidak bisa mendapatkan daging yang mereka butuhkan tersebut.
Pasalnya populasi ternak yang sehat semakin berkurang karena wabah PMK ini.
Aspednak menyatakan harapannya terkait kondisi saat ini yang harus mendapat solusi sesegera mungkin.
Alasannya, menurut Isa, jika wabah ini hilang, hal itu membutuhkan waktu tidak sebentar untuk menyelesaikan persoalan ternak yang banyak di berbagai wilayah di tanah air. [qnt]