WahanaNews.co, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menekankan, peran sektor swasta
dalam penyusunan kebijakan perdagangan sangatlah penting.
Untuk itu, budaya kolaborasi antara
pemerintah dan sektor swasta perlu ditumbuhkan. Menurut Wamendag Jerry, kolaborasi yang terbangun dapat menciptakan lingkungan perdagangan yang inklusif. Hal ini diharapkan dapat
memperkuat perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga:
Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemendag: Pada 2025, Ekspor Perlu Tumbuh 7-10 Persen
Hal tersebut disampaikan Wamendag Jerry dalam diskusi panel bersama investor yang diselenggarakan Mandiri Sekuritas di Mandiri Sekuritas Office, Jakarta pada hari ini, Selasa (30/7). Diskusi panel ini mengusung tema “Indonesia’s Trade Policies Update”.
“Peran sektor swasta sangatlah penting dalam penyusunan kebijakan perdagangan. Pemerintah dan sektor swasta perlu menumbuhkan budaya kolaborasi untuk menciptakan lingkungan perdagangan yang inklusif. Saya mengimbau, kita mulai mempertimbangkan peran kita masing-masing dalam membentuk kebijakan perdagangan Indonesia. Investor diharapkan berinteraksi dengan para pembuat kebijakan, mengadvokasi praktik yang transparan, dan mendukung bisnis lokal,” imbuh Wamendag Jerry.
Hadir membuka acara Direktur Investasi Perbankan Mandiri Sekuritas Harold Tjiptadjaja. Turut mendampingi Wamendag Jerry yaitu Tenaga Ahli Bidang Regulasi dan Perundingan Perdagangan Internasional Sioewardi Esiandy Selamet.
Baca Juga:
Cumi Beku dan Produk Rumput Laut Indonesia Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea Selatan
Hadir sebagai narasumber Kepala Pengawas Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Grogol Petamburan Dony Ariefianto.
Pada kesempatan tersebut, Wamendag Jerry menyebutkan sejumlah hal yang mengindikasikan
perekonomian Indonesia berada di kondisi yang baik. Indikator pertama, yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwiulan I-2024 tumbuh sebesar 5,11 persen (YoY). Angka tersebut lebih tinggi dari negara-negara maju, seperti Korea Selatan 3,3 persen, Amerika Serikat (AS) 2,9 persen, Jepang 2,7 persen, dan Uni Eropa 0,4 persen.
Kedua, inflasi Indonesia relatif terkendali dan lebih rendah dari beberapa negara lainnya. Inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2024 senilai 2,51 persen (YoY) dan berada di bawah target pemerintah sebesar 3
persen.
“Indikator ketiga adalah neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan surplus pada Juni 2024 sebesar USD 2,39 miliar. Surplus ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD 4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,04 miliar. Surplus tersebut sekaligus melanjutkan tren surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” terang Wamendag Jerry.
Wamendag Jerry menjelaskan, secara kumulatif pada semester I-2024, neraca perdagangan Indonesia
mencatatkan surplus sebesar USD 15,45 miliar.
Surplus semester I-2024 ini terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD 25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD 10,11 miliar. Surplus neraca perdagangan berarti nilai ekspor Indonesia lebih besar dibandingkan nilai impornya.
“Tiga indikator tersebut yang mengatakan kita harus yakin akan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Adapun indikator keempat adalah indeks daya saing Indonesia di mata global. Pada 2024, Indonesia menduduki peringkat ke-27 dalam indeks yang mengambil parameter dari performa ekonomi, pemerintahan, bisnis, dan infrastruktur. Peringkat tersebut lebih baik dibandingkan pada tahun
sebelumnya yang hanya menduduki peringkat ke-34,” tandas Wamendag.
[Redaktur: Tumpal Alpredo Gultom]