WahanaNews.co | Sebanyak 184 pengungsi Rohingya terdampar lagi di Aceh.
Kali ini mereka menyandarkan kapal di bibir pantai Kuala Gigeng Lamnga, Kecamatan Krueng Raya, Aceh Besar, Minggu (8/1) sore.
Baca Juga:
Polres Subulussalam Berhasil Amankan Tiga Orang Terduga Pelaku TPPO Rohingya
Jumlah Imigran Rohingya itu terdiri dari 69 laki-laki, 75 perempuan, dan 40 anak-anak.
"Hasil penghitungan bersama yang disaksikan pihak UNHCR, IOM, TNI, dan instansi terkait lainnya, jumlah mereka yang terdampar adalah 184 orang," kata Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Joko Krisdiyanto kepada wartawan.
Joko menuturkan saat ini petugas masih berupaya mengevakuasi para imigran Rohingya ke pengungsian UPTD Dinas Sosial di Ladong.
Baca Juga:
Pemkab Aceh Timur Pindahkan Enam Imigran Etnis Rohingya ke Kabupaten Pidie
Nantinya akan dilanjutkan penanganan oleh BPBD, Imigrasi, dan Dinsos, serta instansi terkait lainnya.
"Para imigran Rohingya masih dalam proses evakuasi ke UPTD Dinsos di Ladong," ucapnya.
Sementara itu, beberapa hari lalu, nelayan setempat sempat melihat tiga kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya di perbatasan perairan Indonesia, tepatnya tiga mil dari Pulau Rondo.
"Informasi awal dari Panglima Laot Ie Meulee, bahwa telah ditemukan pengungsi Rohingya oleh nelayan yang berada Selatan Pulau Rondo yang berjarak kurang lebih 3 Mil dari Pulau Rondo," kata Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek, Sabtu (7/1).
Kementerian Luar Negeri RI bahkan menduga sejumlah pihak asing sengaja mengarahkan pengungsi Rohingya ke Aceh sebagai tempat persinggahan sementara.
Berdasarkan analisis Kemenlu, imigran Rohingya itu awalnya terkonsentrasi di kamp pengungsian di Bangladesh.
Namun, lokasi itu saat ini sudah kelebihan kapasitas. Banyak pengungsi kemudian berupaya mencari suaka ke Malaysia lewat kelompok-kelompok kecil atau sindikat perdagangan manusia.
Pengungsi Rohingya itu rela membayar sejumlah uang untuk bisa melakukan perjalanan lewat laut dengan tujuan utama ke Malaysia
Di atas kapal, mereka dibekali alat GPS yang langsung terkoneksi ke sejumlah lembaga internasional, baik itu LSM maupun kedutaan besar.
"Mereka punya koneksi dan jaringan di Aceh. Mereka dipandu dengan GPS. Indonesia ini jadi lokasi mereka sementara. Mereka melakukan drop out lalu mereka diselundupkan ke Malaysia oleh kelompok-kelompok kecil," kata Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) Kemlu RI, Achsanul Habib, saat rapat dengan DPR Aceh, Rabu (4/1). [rgo]