WahanaNews.co | Dua pekerja Lembaga Perlindungan Anak Internasional, Save The Children dilaporkan ikut jadi korban pembantaian junta militer Myanmar.
Pada pekan lalu, 35 orang dibunuh dan jasadnya dibakar oleh junta militer Myanmar di sebuah desa di Negara Bagian Kayah.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Pada insiden berdarah yang terjadi Jumat (24/12/2021), dua pekerja lembaga internasional itu dilaporkan terjebak dalam pembantaian itu.
Kala itu keduanya melewati Negara Bagian Kayah untuk kembali ke kantor mereka, setelah bekerja di komunitas terdekat.
Dikutip dari Sky News, salah satu dari kedua orang itu adalah pria berusia 32 tahun yang sudah bekerja di Save The Children selama dua tahun, dan melatih guru.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Sedangkan yang lainnya berusia 28 tahun, dan telah bergabung dengan lembaga tersebut selama enam tahun.
Ironisnya, keduanya baru menjadi bapak, dengan salah satunya memiliki anak laki-laki berusia 10 bulan, dan yang lainnya seorang putri berusia 30 tahun.
Save The Children pun menegaskan tak akan mengungkap identitas mereka dengan alasan keamanan.
“Berita ini sangat mengerikan. Kekerasan melawan penduduk sipil yang tak bersalah termasuk pekerja bantuan tak bisa ditoleransi, dan serangan ini merupakan pelanggaran bagi hukum kemanusiaan internasiolan,” ujar Ketua Eksekutif Save The Children, Inger Ashing.
“Ini bukan peristiwa yang terisolasi. Rakyat Myanmar terus menjadi sasaran dengan meningkatnya kekerasa, dan peristiwa ini menuntut tanggapan segera,” tambahnya.
Save The Children pun meminta Dewan Keamanan PBB untuk merespons kekerasan tersebut dengan berbagai langkah, termasuk embargo senjata.
Insiden pembantaian itu terjadi setelah terjadinya pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok milisi lokal di dekat Desa Mo So, Kota Hpruso, Negara Bagian Kayah.
Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Karen mengungkapkan mereka menemukan jasad yang hangus terbakar itu, Sabtu (25/12/2021).
Menurut warga desa yang tak mau disebutkan namanya mengungkapkan, korban adalah orang-orang yang lari dari pertempuran itu dan bukan bagian dari milisi.
Junta militer Myanmar sendiri tak berkomentar terkait tuduhan tersebut.
Namun media pro-junta mengatakan pertempuran terjadi di dekat Desa Mo So pada Jumat, ketika anggota pasukan gerilya mengendarai kendaraan mencurigakan dan menyerang pasukan pemerintah setelah menolak berhenti.
Laporan dari media itu mengatakan tujuh kendaraan membawa rekrutan baru dari kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah yang dihancurkan dengan api. [qnt]