WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kekejaman perang di Gaza kian tak terbendung. Serangan demi serangan terus menggempur warga sipil, bahkan ketika mereka sedang mengantre bantuan makanan.
Dunia kembali dibuat terpana oleh tragedi kemanusiaan terbaru di Jalur Gaza, yang oleh banyak pihak, kini dinilai lebih menyerupai ladang pembantaian daripada zona konflik.
Baca Juga:
IDF Klaim Temukan Jenazah Tokoh Hamas di Terowongan Bawah Tanah RS
Sedikitnya 92 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada Kamis (19/6/2025).
Sebagian besar korban berada dalam antrean bantuan pangan, di tengah krisis kelaparan yang semakin parah.
Serangan tersebut terjadi di beberapa titik, termasuk wilayah sekitar Koridor Netzarim yang memisahkan Gaza bagian utara dan selatan.
Baca Juga:
Israel Tembaki Warga di Dekat Pusat Bantuan Gaza, 36 Orang Tewas
Dari total korban, 64 orang berasal dari Kota Gaza dan wilayah utara, sementara 16 lainnya ditembak ketika menunggu bantuan kemanusiaan.
Setiap hari, warga Palestina memadati titik distribusi bantuan dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat. Namun, PBB telah mengkritik keras GHF karena diduga menggunakan bantuan sebagai alat tekanan politik.
“Saat pukul 1 dini hari, mereka mulai menembaki kami. Tembakan datang dari tank, pesawat, dan drone,” ujar Bassam Abu Shaar, salah satu saksi mata di lokasi bantuan, kepada AFP via telepon.
Ia menyebutkan, padatnya kerumunan membuat banyak orang tak sempat menyelamatkan diri saat tembakan mulai dilepaskan.
Laporan Al Jazeera menggambarkan bahwa serangan terhadap antrean bantuan kini sudah menjadi “rutinitas harian”.
“Lebih dari tiga bulan blokade total di perbatasan telah menjadikan Gaza sebagai pusat kelaparan,” ungkap jurnalis Tareq Abu Azzoum dari Deir el-Balah, Gaza Tengah.
Ia menambahkan, warga terpaksa berebut kantong tepung dan air minum, walau gizinya nyaris tak mencukupi.
“Serangan ini terus berlanjut dan telah mengubah koridor kemanusiaan menjadi lokasi pembantaian,” katanya tegas.
Militer Israel mengklaim bahwa pasukannya hanya melepaskan tembakan peringatan setelah ada "tersangka" yang mendekati mereka di Koridor Netzarim.
Namun klaim tersebut tidak disertai bukti konkret.
Di lokasi lain, serangan drone Israel di Kamp Pengungsi Al Shati menewaskan 13 orang yang sedang mengisi daya perangkat elektronik di tenda darurat.
Sementara itu, serangan udara besar-besaran juga menghantam sejumlah rumah di Jabalia, Gaza utara.
Hind Khoudary dari Al Jazeera melaporkan bahwa daerah tersebut sudah lebih dari 18 bulan tanpa aliran listrik, sehingga tempat pengisian daya menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup warga.
“Orang-orang kini rela mempertaruhkan nyawa hanya demi mendapatkan makanan,” ujarnya. “Jumlah truk bantuan sangat sedikit. Banyak yang terbunuh hanya karena mencoba mengambil satu kotak makanan,” tambahnya.
Sumber medis di Gaza menyebutkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 69 jenazah dan 221 korban luka telah masuk ke rumah sakit.
Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikutip dari Middle East Monitor, sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, setidaknya 55.706 orang telah tewas dan 130.101 lainnya luka-luka.
Lebih dari 11.000 orang masih dinyatakan hilang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]