WahanaNews.co | Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, ada ancaman lainnya bagi seluruh
negara di dunia yang dampaknya sama besarnya dengan pandemi Covid-19.
Ia adalah perubahan iklim.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
"Climate change adalah global
disaster yang magnitude-nya
diperkirakan akan sama seperti pandemi Covid-19," ujarnya dalam ESG Capital Market Summit, Selasa
(27/7/2021).
Menurutnya, yang membedakan dari kedua
bencana ini adalah Covid-19 muncul tanpa peringatan dan penyebarannya sangat
cepat hingga ke seluruh negara di dunia.
Pandemi juga mengubah kebiasaan
manusia karena mobilitas harus dibatasi.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
Sedangkan perubahan iklim adalah
ancaman bencana yang nyata di kemudian hari berdasarkan penelitian oleh para
ilmuwan di dunia.
Sama seperti pandemi, perubahan iklim
juga tidak bisa dihindari oleh semua negara.
Sebab, makin suatu negara membangun, maka mobilitas akan semakin tinggi dan penggunaan energi semakin
besar, sekaligus tekanan bagi sumber daya alam pun menjadi
makin sangat nyata.
"Sama seperti pandemi, tidak ada
satu negara yang bisa escape atau
terbebas dari ancaman climate change.
Bahkan, sama seperti pandemi, negara yang paling tidak siap dari sisi
sistem kesehatannya, dari sisi kemampuan fiskalnya, dari sisi disiplinnya dan
dari kemampuan untuk mendapatkan vaksin dan melakukan vaksinasi, mereka mungkin akan terkena paling berat dampaknya dari
pandemi," kata dia.
Dengan kondisi dampak yang akan sama
besar dengan Covid-19, maka seluruh negara di dunia juga perlu mempersiapkan
kebijakan untuk memitigasi dampaknya.
Termasuk Indonesia sebagai salah satu
negara besar dari sisi geografinya, jumlah penduduk dan size ekonominya di antara negara G20.
"Oleh karena itu, seluruh dunia sekarang berikhtiar untuk menghindarkan dampak
katastropik dari climate change ini.
Dan momentum ini bahkan meningkat dalam beberapa pertemuan pemimpin
dunia," tegasnya. [qnt]