WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) mulai waswas lantaran tidak lagi menikmati keunggulan atas China dalam jumlah hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM).
Kekhawatiran itu disuarakan Komando Strategis (STRATCOM), cabang militer yang mengawasi persenjataan nuklir AS.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
STRATCOM baru-baru ini mengirimkan determinasi yang diklasifikasikan kepada Kongres sesuai dengan klausul dalam Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional tahun fiskal 2022, yang mewajibkan pemberitahuan Kongres jika China mengambil alih AS dalam setidaknya satu dari tiga komponen terkait persediaan ICBM-nya.
James Inhofe, politisi Partai Republik di Komite Angkatan Bersenjata Senat, mendorong Pentagon untuk mendeklasifikasi determinsi tersebut sebagaimana disyaratkan oleh undang-undang dalam sebuah surat yang dikirim hari Senin kepada komandan STRATCOM Laksamana Charles Richard.
“Kami hanya melihat puncak gunung es dalam hal peningkatan kekuatan militer China,” tulis Inhofe di Twitter, di mana dia memublikasikan surat tersebut.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
“[Pemerintahan Joe Biden] harus terbuka dan jujur dengan rakyat Amerika tentang ancaman yang ditimbulkan Beijing terhadap tatanan global dan cara hidup kita," lanjut dia, seperti dikutip Defense News, Jumat (9/12/2022).
Mike Rogers, politisi Partai Republik yang duduk di Komite Angkatan Bersenjata Parlemen, juga menandatangani surat itu bersama anggota panel lainnya; Senator Deb Fischer, dan anggota Parlemen Doug Lamborn.
Di bawah undang-undang, STRATCOM harus memberi tahu Kongres jika China mengerahkan lebih banyak ICBM atau peluncur ICBM daripada AS.
Data yang dikumpulkan oleh Pentagon dalam laporan tahunan China dan dokumen Layanan Riset Kongres menunjukkan bahwa AS masih mempertahankan keunggulan numerik dibandingkan China dalam jumlah pengerahan ICBM dan peluncur ICBM. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kondisi tersebut tidak memicu pemberitahuan STRATCOM.
Komponen ketiga dari undang-undang tersebut memicu pemberitahuan jika China memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir yang dipasang pada ICBM-nya daripada AS.
Jeffrey Lewis, direktur Proyek Nonproliferasi Asia Timur di Middlebury College, mengatakan kepada Defense News dalam sebuah wawancara bahwa pemberitahuan rahasia kemungkinan mengungkapkan bahwa China telah melengkapi lebih banyak hulu ledak nuklir pada ICBM-nya daripada Amerika Serikat.
Lewis duduk di Dewan Penasihat Keamanan Internasional Departemen Luar Negeri AS tetapi tidak memiliki akses ke penilaian dokumen rahasia STRATCOM.
“Itu pasti hulu ledak,” kata Lewis. “Laporan kekuatan militer China memperkirakan bahwa cadangan nuklir [Beijing] telah melampaui 400.”
Laporan itu menemukan bahwa China kemungkinan besar akan menimbun persediaan sekitar 1.500 hulu ledak pada garis waktu 2035 jika China melanjutkan laju ekspansi nuklirnya saat ini. Laporan itu juga menemukan bahwa China telah menggandakan persediaan ICBM sejak 2020.
China sekarang memiliki 300 ICBM dan peluncurnya. Namun itu masih kalah dibandingkan Amerika Serikat yang memiliki 400 ICBM dan 450 peluncur ICBM.
Kendati demikian, Lewis mencatat bahwa rudal Dongfeng-41 China dapat membawa banyak hulu ledak nuklir. "Sehingga 300 rudal bisa membuat Anda sedikit lebih dari 400 hulu ledak," ujarnya.
Sementara itu, semua 400 ICBM Minuteman III AS saat ini hanya membawa satu hulu ledak per ICBM.
Para anggota Parlemen dan staf mereka tidak dapat mengonfirmasi kepada Defense News bahwa rasio hulu ledak China terhadap ICBM memicu pemberitahuan mengingat sifat determinasi yang rahasia.
“Kami tidak dapat memberikan kejelasan tambahan karena masalah klasifikasi,” kata seorang staf Kongres tanpa menyebut nama untuk membahas pemberitahuan rahasia tersebut.
Staf itu menambahkan bahwa anggota Parlemen dari Partai Republik yang menulis kepada Richard dari STRATCOM sangat mendorong pemerintah untuk bekerja melalui masalah klasifikasi terkait untuk memberikan pemberitahuan tidak rahasia yang diarahkan oleh undang-undang dan memastikan publik mendapat informasi sebanyak mungkin mengenai ancaman nuklir China yang berkembang.
Namun, Lewis meremehkan fakta bahwa Beijing kemungkinan memiliki rasio hulu ledak per ICBM yang lebih tinggi daripada Washington.
“Tidak masalah karena AS dapat menempatkan banyak hulu ledak di ICBM daratnya, kami hanya memilih untuk tidak melakukannya,” katanya.
“Anda benar-benar harus menghitung ICBM dan [rudal balistik yang diluncurkan kapal selam] secara bersamaan. Dan begitu Anda melakukannya, jumlah kami jauh lebih tinggi daripada mereka. Ini seperti gimmick akuntansi.”
AS memiliki 1.389 hulu ledak nuklir dengan total 665 ICBM yang dikerahkan, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam, dan pesawat pengebom berat pada September 2021, menurut Layanan Riset Kongres.
Henry Sokolski, direktur eksekutif Pusat Pendidikan Kebijakan Nonproliferasi, mempertanyakan apakah AS dapat mempertahankan keunggulan numeriknya yang sangat besar terhadap persenjataan nuklir China jika Beijing melanjutkan laju modernisasi nuklirnya saat ini selain bersaing dengan persenjataan Rusia.
“Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan sistem kami untuk mendapatkan 1.500 hulu ledak lagi di rudal kami,” kata Sokolski.
“Itu bisa memakan waktu cukup lama dan biayanya sangat mahal. Jika Anda menuju ke arah itu, apakah ada alasan untuk percaya bahwa pihak lain hanya akan menunggu sementara kita mengejar? Saya kira tidak demikian." [rds]