WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ratusan pekerja Korea Selatan yang ditangkap dalam penggerebekan imigrasi besar-besaran di pabrik Hyundai-LG di Ellabell, Georgia, kini telah dipulangkan ke Seoul, meninggalkan jejak trauma sekaligus gejolak diplomasi antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Christopher Landau pada Rabu (12/09/2025) menyatakan penyesalan mendalam atas insiden ini dan menyebutnya sebagai momentum perbaikan sistem sekaligus penguatan hubungan bilateral.
Baca Juga:
Gadis Asal Deli Serdang Tewas di Kamboja, Diduga Terjerat Jaringan TPPO
Menurut Landau, Presiden AS Donald Trump memiliki “kepentingan tinggi” dalam kasus tersebut.
Ia bahkan sempat menahan kepulangan ratusan pekerja untuk menanyakan apakah ada yang bersedia tetap tinggal di AS guna melatih tenaga kerja lokal.
Namun, dari 316 warga Korea Selatan serta belasan pekerja asal China, Jepang, dan Indonesia yang ditahan di pusat detensi Folkston, Georgia, hanya satu orang yang memilih bertahan karena memiliki kerabat di Amerika.
Baca Juga:
Pengiriman 26 Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia Digagalkan Polda Sumut
Mayoritas memilih pulang, meski dengan pengalaman pahit. Banyak pekerja mengaku diperlakukan tidak manusiawi, diborgol di tangan dan kaki, hingga harus berbagi ruang sempit dengan toilet di dalam sel.
“Saya pulang, saya bebas,” teriak salah seorang pekerja penuh haru ketika tiba di Bandara Incheon, Jumat (12/09/2025).
Trump sebelumnya menegaskan bahwa razia imigrasi bertujuan menegakkan hukum dan mendorong perusahaan asing lebih banyak mempekerjakan warga lokal.
Namun, belakangan ia melunak dengan mengatakan tenaga kerja asing tetap dibutuhkan untuk melatih pekerja Amerika.
“Kami menyambut mereka, kami menyambut karyawan mereka, dan kami bersedia belajar dari mereka,” tulis Trump dalam pernyataan di media sosial.
Meski begitu, dampak ekonominya tidak kecil. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menyebut penahanan massal itu “membingungkan” dan bisa membuat investor ragu membangun pabrik di AS.
Proyek pabrik baterai senilai 4,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 70 triliun) di Georgia langsung terhenti, padahal ditargetkan menciptakan 8.500 lapangan kerja. Sedikitnya 22 proyek lain di sektor otomotif, baja, dan semikonduktor juga tertunda.
Ryu Yongwook, asisten profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, menilai kebijakan imigrasi Trump kontradiktif dengan ambisinya menarik investasi.
“Kebijakan imigrasi Trump dan dorongan untuk investasi asing yang lebih besar tidak boleh bertentangan,” ujarnya.
Sebagai jalan keluar, Korea Selatan meminta AS memperjelas aturan visa dan mempertimbangkan kategori baru khusus teknisi. Menteri Luar Negeri Cho Hyun mengumumkan pembentukan kelompok kerja bersama untuk membahas kuota visa dan prosedur yang lebih mudah.
Landau menegaskan bahwa ke depan, para pekerja Korea Selatan tidak akan menghadapi hambatan bila kembali masuk ke AS, dan pembicaraan visa akan dipercepat demi kepastian kedua belah pihak.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]