WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) dilaporkan berusaha keras menutup-nutupi serangan udaranya ke Suriah, karena berpotensi jadi kejahatan perang. Hal tersebut dilaporkan New York Times, Sabtu (13/11/2021).
Serangan udara yang dimaksud terjadi pada 18 Maret 2019 di Baghuz, Suriah. Serangan ini diperkirakan membunuh hingga 80 orang, di antaranya perempuan dan anak-anak.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Militer AS membela diri bahwa korban tewas adalah kombatan ISIS. Namun, identitas sebagian besar korban tewas tak pernah terungkap dan investigasi terhadapnya tak pernah terwujud.
New York Times memperkirakan 64 warga sipil tewas dalam serangan tersebut. Namun, pihak militer enggan mengakuinya.
Serangan itu menewaskan 16 kombatan ISIS. Untuk korban yang lain, militer menyebutnya belum tentu mereka warga sipil atau kombatan.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
ISIS sendiri diketahui menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai kombatan. Dalam rekaman tersebut, diketahui bahwa sebagian korban perempuan dan anak-anak membawa senjata.
Serangan udara itu menyasar orang-orang yang berkumpul di bantaran sungai di daerah Baghuz. Menurut laporan New York Times, seorang tentara yang secara tak sengaja menyaksikan rekaman kamera drone pengawas serangan itu terkejut.
Menurutnya, kamera drone menunjukkan sekumpulan perempuan dan anak di samping sungai. Tiba-tiba, jet tempur F-15E AS mengebom mereka beberapa kali.