Situasi ini memicu kekhawatiran global akan potensi konflik berkepanjangan di kawasan Timur Tengah yang sudah rentan.
Akar ketegangan terbaru bermula sejak Jumat (13/6/2025), ketika Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan sejumlah tokoh penting Iran, termasuk komandan militer, ilmuwan nuklir, serta menghancurkan pangkalan militer dan fasilitas strategis lainnya.
Baca Juga:
Diam-diam Bantu Israel, AS Tembak Jatuh Rudal Iran Lewat Laut dan Udara
Netanyahu bersumpah akan membalas setiap kematian warga sipil Israel. Ia mengklaim pasukannya telah berhasil membunuh Kepala Intelijen Iran, Mohammad Kazemi, beserta wakilnya dalam serangan udara di jantung Teheran.
“Kami baru saja mendapatkan kepala intelijen dan wakilnya di ibu kota Iran,” kata Netanyahu kepada Fox News.
Meski hubungan AS dan Israel dikenal sangat erat, Trump tampak mengambil posisi lebih hati-hati. Ia menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak ikut campur dalam operasi militer tersebut.
Baca Juga:
Kirim Marinir ke Los Angeles, Trump Malah Picu Kekacauan Lebih Parah
“Amerika Serikat saat ini tidak terlibat dalam aksi militer itu,” kata Trump kepada ABC News. “Tetapi, ada kemungkinan kami bisa terlibat.”
Lebih lanjut, Trump menyampaikan bahwa AS siap menggunakan seluruh kekuatan dan kewibawaannya bila kepentingan nasionalnya diserang Iran.
Tak hanya itu, Trump juga mengungkap keterbukaannya terhadap inisiatif diplomasi damai.