WahanaNews.co | Arab Saudi yang banyak dikenal sebagai negara konservatif kini lebih terbuka dengan perayaan atau tradisi agama lain, termasuk Hari Raya Natal.
Sejak Mohammed bin Salman (MbS) menjadi putra mahkota, Saudi disebut tengah menuju ke arah yang lebih moderat. Ia merombak aturan-aturan konservatif.
Baca Juga:
Bersatu dalam Kebinekaan, SAPMA Pemuda Pancasila Gelar Perayaan Natal
Warga di Saudi tiga tahun belakangan bahkan bisa merayakan Natal secara terbuka. Mereka tak perlu lagi membeli pohon Natal secara diam-diam.
Umat Kristen di seluruh dunia termasuk Saudi, merayakan Natal sejak Sabtu (24/12) malam.
Perayaan Natal di Saudi bisa dilakukan dengan mematuhi kebijakan kerajaan, demikian dikutip dari Life in Saudi Arabia.
Baca Juga:
Hadiri Perayaan Natal KLHK 2023, Menteri LHK Ajak Tanamkan Cinta Kasih pada Alam
Pada Natal tahun ini, beberapa pusat perbelanjaan dan kafe memasang pohon cemara berhias lampu-lampu serta ornamen unik.
Selain itu, ada pula manusia salju di Jeddah hingga Sinterklas di Al-Khobar.
Seorang pemasaran yang bekerja di Napco National Jeddah, Wejdan Al-Khattabi, mengatakan barang-barang Natal laris manis tahun ini. Di tempat dia bekerja, 70 persen karyawan beragama Kristen.
"Beberapa dari mereka merayakan di negara asal, yang lain merayakan di sini [Arab Saudi]. Mereka sering mengeluh tak bisa merayakan di sini gara-gara tak ada produk yang mendukung perayaan Natal," kata dia seperti dikutip Arab News, Sabtu (24/12).
Ia kemudian berujar, "Namun, hari ini mereka bisa merayakan dengan produk [perayaan Natal] dengan set musim dingin yang lengkap."
Salah satu ciri khas perayaan Natal di Saudi yakni tak ada libur bagi umat Kristen. Di pagi hari, mereka tetap bekerja di kantor.
Di Saudi, saat malam Natal juga tak ada ucapan secara resmi. Namun, beberapa warga mendekorasi rumah dengan lampu kelap-kelip dan pohon Natal untuk mengisyaratkan mereka merayakan hari besar itu.
Usai mendekorasi rumah, sesama umat Kristen akan bertemu dan berkumpul di suatu tempat dan doa bersama.
Bagi seseorang yang menjadi tuan rumah untuk makan siang, makan malam, atau perayaan Natal, ia harus memiliki pohon Natal. Biasanya, pohon itu berhias lampu, ornamen bintang kecil, dan bel.
Setelah Malam Natal selesai, di pagi hari, mereka tak pergi ke gereja. Saudi hingga kini belum memiliki tempat ibadah itu secara resmi.
Selama perayaan Natal, warga di Saudi melakukan aktivitas yang sederhana dalam dua hingga tiga hari.
Di hari pertama mereka akan menjadi tuan rumah untuk makan siang atau makan malam bersama. Kemudian, di hari kedua, beberapa umat Kristen akan berekreasi di pantai, dan di hari ketiga mereka akan nonton film bersama. [rgo]