WahanaNews.co | Banjir yang melanda Pakistan akibat hujan deras membuat situs warisan dunia yang ada di negara tersebut rusak.
Banjir juga membuat warga di sana mengungsi ke beberapa tempat seperti museum.
Baca Juga:
Stonehenge Cangkringan, Duplikasi Peninggalan Neolotikum Inggris di Jogja
Banjir di Pakistan itu membuat pemukiman manusia tertua di dunia atau Moenjodaro (juga disebut Mohenjo-daro) rusak parah.
Mohenjo-daro merupakan sebuah situs Warisan Dunia di Lembah Sungai Indus, 508 kilometer dari Karachi, yang dibangun pada Zaman Perunggu, sekitar 5.000 tahun yang lalu.
"Sayangnya yang terjadi adalah penghancuran massal di situs itu," bunyi surat dari Departemen Kebudayaan, Pariwisata, dan Purbakala Negara Bagian Singh, yang dikirim ke UNESCO dan ditandatangani oleh kurator Ihsan Ali Abbasi dan arsitek Naveed Ahmed Sangah, seperti dikutip dari CNN, Jumat (9/9/2022).
Baca Juga:
Mengunjungi Danau Biru Talawi Sumbar, Danau Indah Ibarat Oasis di Padang Pasir
Pada surat itu juga disebutkan bahwa kawasan kuno tersebut digunakan sebagai tempat tinggal sementara bagi warga yang rumahnya terendam banjir.
Banjir yang melanda Pakistan kali ini memang dahsyat.
Bahkan, ia tercatat sebagai banjir terburuk dalam sejarahnya.
"Atas dasar kemanusiaan, kami memberi mereka perlindungan di tempat tinggal kami, area parkir, toko (dan) lantai dasar museum," surat itu menjelaskan.
Saat ini, diperkirakan sepertiga dari Pakistan terendam air setelah hujan monsun dikombinasikan dengan air dari gletser yang mencair.
Bangunan Moenjodaro diketahui ditemukan pada 1920-an di atas sebuah tanah yang rentan terhadap kerusakan lingkungan.
Gambar yang disertakan dalam surat dari penjaga situs menunjukkan dinding bata yang runtuh dan lapisan lumpur menutupi situs.
Surat tersebut menjelaskan beberapa tindakan segera yang telah diambil oleh tim lokasi untuk mengurangi kerusakan akibat banjir, seperti membawa pompa air, memperbaiki tembok bata, dan membersihkan saluran air.
Abbasi dan Sangah mengakhiri surat mereka dengan meminta 100 juta rupee Pakistan atau sekitar Rp 668, 25 miliar untuk menutupi biaya perbaikan.
Situasi itu sangat disayangkan sebab para ahli konservasi Moenjodaro telah mengetahui sejak lama bahwa banjir dapat menimbulkan risiko serius bagi situs tersebut.
Banjir yang merusak situs itu padahal telah diingatkan sebelumnya.
Daftar resmi UNESCO mencatat bahwa Negara Bagian Singh, yang ditugaskan untuk memelihara Moenjodaro, telah menandai masalah ini sebelumnya dan memperingatkan bahwa "adanya kesalahan pada bendungan di hulu akan menyebabkan kerusakan besar."
Signifikansi Moenjodaro sebagai situs sejarah dan arsitektur tidak bisa diremehkan.
Ketika ditambahkan ke daftar UNESCO pada tahun 1980, organisasi tersebut menulis bahwa Moenjodaro "memberikan kesaksian luar biasa tentang peradaban Indus", yang terdiri dari "kota terencana paling kuno di anak benua India."
Pada masa kejayaannya, kota ini merupakan kota metropolitan yang ramai.
Ada pasar, pemandian umum, sistem pembuangan kotoran, dan stupa Buddha, sebagian besar dibangun dari batu bata yang dibakar matahari.
Dalam surat mereka, Abbasi dan Sangah menyatakan keprihatinannya bahwa Moenjodaro dapat ditambahkan ke daftar situs UNESCO dalam bahaya, yang diperbarui oleh badan pelestarian secara berkala untuk menyoroti tempat-tempat bersejarah yang berisiko tinggi mengalami kehancuran.
Situs yang saat ini ada dalam daftar itu, termasuk Taman Nasional Everglades Florida, yang menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan, dan Kota Liverpool, Inggris, yang pusat kota bersejarahnya dianggap berisiko dari urbanisasi. [gun]