WahanaNews.co | Perdana Menteri Nepal, Pushpa Kamal Dahal, berduka setelah 68 orang dipastikan tewas dalam kecelakaan pesawat di Pokhara pada Minggu (15/1).
"[Saya] sangat sedih atas kecelakaan yang menyedihkan dan tragis ini," ujar Dahal, sebagaimana dilansir CNN.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
Ia kemudian berkata, "Saya dengan tulus meminta personel keamanan, semua badan-badan pemerintah Nepal dan publik untuk memulai penyelamatan efektif."
Pejabat kepolisian Nepal, AK Chhetri, memastikan bahwa petugas masih terus melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi.
"Kami terus bekerja untuk mengevakuasi dan mengidentifikasi jasad secepat mungkin dan menyerahkannya ke keluarga," ucap Chhetri, seperti dikutip AFP.
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
Seorang pejabat lokal sempat mengatakan bahwa "beberapa korban selamat" sudah dilarikan ke rumah sakit. Namun, pihak maskapai Yeti Airlines tak mengonfirmasi kabar tersebut.
Kecelakaan itu sendiri membuat pesawat hancur berkeping-keping. Insiden ini terjadi ketika pesawat Yeti Airlines itu terbang dari Kathmandu.
Di tengah perjalanan, pesawat tersebut menabrak jurang yang terletak antara bandara lokal Pokhara dan bandara internasional baru, sesaat sebelum pukul 11.00 waktu setempat.
Juru bicara Yeti Airlines, Sudarshan Bartaula, mengatakan pesawat itu membawa total 72 orang. Dari keseluruhan penumpang dan kru itu, 68 di antaranya dipastikan meninggal dunia.
Sebagai negara dengan yang memiliki 14 gunung tertinggi di dunia, Nepal memang tak asing dengan kecelakaan udara.
Insiden itu biasanya terjadi karena perubahan cuaca secara tiba-tiba atau letak landasan sulit dijangkau karena terletak di daerah pegunungan.
Pada Mei 2022 lalu, penerbangan Tara Air yang membawa 22 penumpang menabrak pegunungan Himalaya.
Kecelakaan itu merupakan insiden pesawat ke-19 dalam 10 tahun belakangan.
Kecelakaan pada Minggu ini pun kini menjadi insiden terbesar di Nepal dalam tiga dekade terakhir. [rgo]