WahanaNews.co | Perdana Menteri (PM) Israel, Naftali
Bennett, dan Raja Yordania, Abdullah II, diam-diam telah melakukan pertemuan rahasia di Istana Mahkota di Amman, pekan lalu.
Ini merupakan pertemuan puncak pertama
antara pemimpin kedua negara dalam lebih dari tiga tahun.
Baca Juga:
Senator AS Dukung Penuh Surat Perintah ICC Terkait Penangkapan Netanyahu
Bennett, yang menjabat kurang dari
sebulan lalu, melakukan perjalanan untuk menemui Raja Abdullah II pada Selasa
lalu, sehari setelah dia berbicara dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sissi.
Kantor Perdana Menteri menolak untuk
mengomentari laporan pembicaraan rahasia itu, yang pertama kali diungkap oleh Walla News.
Seorang pejabat Israel juga
mengonfirmasi pertemuan diam-diam itu kepada Associated Press.
Baca Juga:
Jerman Siap Ikuti Perintah ICC untuk Tangkap PM Israel Benjamin Netanyahu
Berita tentang pertemuan rahasia itu
muncul beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Israel, Yair
Lapid, bertemu dengan mitranya dari Yordania, Ayman Safadi, di sisi
perbatasan Yordania, dekat penyeberangan Jembatan Allenby.
Keduanya mengumumkan kesepakatan di
mana Israel akan memasok Yordania dengan 50 juta meter kubik air untuk
memerangi kekeringan parah.
Menurut laporan Walla News, pertemuan kedua pemimpin pada pekan lalu sebagian besar
positif, dan Bennett memberi tahu Abdullah tentang keputusan Israel untuk
meningkatkan ekspor air ke Yordania.
Pertemuan itu menandai pertama kalinya
Raja Abdullah II bertemu dengan seorang Perdana Menteri Israel sejak dia menjamu Benjamin Netanyahu pada 2018.
Pertemuan dengan Netanyahu dulu juga
diadakan secara rahasia dan baru diumumkan setelahnya.
Pada bulan Februari, Menteri
Pertahanan, Benny Gantz, dilaporkan telah bertemu secara
diam-diam dengan Raja Abdullah II di Yordania.
Menurut laporan media Israel, Abdullah
menolak untuk bertemu dengan Netanyahu, yang sangat tidak disukainya.
Laporan Hebrew pada Kamis (8/7/2021) malam menunjukkan bahwa pejabat
Yordania tidak senang dengan fakta bahwa pertemuan itu bocor, karena kedua
pihak telah sepakat bahwa itu tidak akan dipublikasikan.
Seorang sumber pemerintah Zionis
mengatakan kepada Channel 12 News bahwa
berita itu mempermalukan raja.
"Dan itu pasti akan memengaruhi
hubungan antara kedua bangsa, setelah halaman baru dibuka," kata sumber
tersebut.
Setelah berita tentang pertemuan itu
menyebar, kantor PM Bennett menghubungi orang-orang
Yordania dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas
kebocoran berita pertemuan tersebut.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar
Yordania di Amerika Serikat menolak permintaan komentar mengenai masalah
tersebut.
Hubungan Israel dengan
Yordania telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, di mana Netanyahu
dituduh mengabaikan hubungan kedua negara.
Selama beberapa tahun terakhir,
Yordania telah memutus akses Israel ke dua kantong pertanian yang disewa
sebagai bagian dari kesepakatan damai 1994 antara kedua negara tersebut, dan
telah menjadi suara utama menentang tindakan Israel di Temple Mount.
Awal tahun ini, ketegangan meledak
setelah Amman menunda sebuah pesawat yang dijadwalkan untuk membawa Netanyahu
ke Uni Emirat Arab, seolah-olah sebagai tanggapan atas Putra Mahkota Yordania, Hussein, yang membatalkan perjalanan ke Masjid
Al-Aqsa di Yerusalem, karena ketidaksepakatan mengenai pengaturan keamanan.
Perdana Menteri
Israel saat itu, yang terpaksa membatalkan perjalanannya ke Abu Dhabi, berusaha
menutup wilayah udara Israel untuk penerbangan Yordania sebagai pembalasan.
Selama Operasi Penjaga Tembok (perang 11 hari dengan Hamas) pada bulan
Mei, Parlemen Yordania menyerukan dengan suara bulat untuk mengusir Duta Besar Israel untuk Amman, sebagai
protes atas "kejahatan" Israel terhadap warga Palestina.
Raja Abdullah saat itu mengatakan, "Tindakan provokatif Israel terhadap Palestina menyebabkan
eskalasi saat ini dan menambah lebih banyak ketegangan di kawasan ini."
Raja Abdullah sendiri dijadwalkan
bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, di Gedung Putih pada 19 Juli ini.
Menurut juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, keduanya akan membahas peran kepemimpinan Yordania
dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan. [qnt]