WahanaNews.co | Tel Aviv, kota pesisir di Israel, menjadi kota dengan biaya hidup termahal di dunia pada 2021.
Status ini berdasarkan laporan lembaga riset ekonomi dunia, yakni Economist Inteligence Unit (EIU) yang berjudul Worlwide Cost of Living (WCOL) 2021.
Baca Juga:
Citra Satelit Ungkap Serangan Rudal Iran Hantam 3 Bangunan di Pangkalan Udara Israel
Tel Aviv memperoleh indeks WCOL senilai 106.
Kemudian disusul Paris dan Singapura dengan nilai sama-sama 104.
Sementara peringkat keempat dan kelima diisi oleh Zurich dengan indeks WCOL senilai 103 dan Hong Kong senilai 101.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Padahal, tahun 2020 lalu, Tel Aviv menempati peringkat kelima.
Sementara peringkat pertama hingga ketiga ditempati Paris, Zurich, dan Hongkong secara berurutan.
Perlu diketahui, survei ini membandingkan biaya barang dan jasa dalam dolar AS di 173 kota di dunia.
Dengan pengumpulan data mulai 16 Agustus-12 September 2021.
Pada periode waktu tersebut, tengah terjadi peningkatan biaya angkutan dan komoditas harga di seluruh dunia.
Kemudian dikombinasikan dengan permintaan konsumen yang berfluktuasi dan pergeseran nilai tukar, masalah pasokan yang diakibatkannya telah memicu kenaikan harga di kota-kota besar dunia.
Hasilnya menunjukkan, rata-rata harga barang dan jasa di Tel Aviv telah meningkat sebesar 3,5 persen YoY dalam mata uang lokal.
Tingkat inflasi harga ini tercepat yang tercatat selama lima tahun terakhir.
Biaya transportasi naik paling besar dalam survei tahun ini, terutama karena kenaikan harga minyak yang mendorong lonjakan harga satu liter bensin, yakni sebesar 21 persen dibandingkan kota-kota lain.
Meskipun, kategori rekreasi, tembakau dan perawatan pribadi juga menunjukkan kenaikan yang kuat.
Kenaikan Tel Aviv ke puncak teratas juga tercermin dari melonjaknya nilai mata uang Israel, Syikal, terhadap Dolar AS.
Harga barang lokal juga meningkat secara signifikan sekitar 10 persen, terutama untuk bahan makanan.
Dalam sebuah wawancara dengan Haaretz, Wali Kota Tel Aviv, Ron Huldai, mengatakan, harga properti tidak termasuk dalam perhitungan EIU.
Berarti, kotanya sedang menuju ke arah ledakan.
"Tel Aviv akan menjadi semakin mahal, sama seperti seluruh negeri menjadi lebih mahal," katanya, seperti dikutip dari BBC.
Menurut Huldai, masalah mendasarnya ialah tidak ada pusat metropolitan alternatif di Israel.
Berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki New York, Chicago, hingga Miami.
Lalu di Inggris ada London, Manchester, hingga Liverpool.
"Di sana Anda dapat pindah ke kota lain, jika biaya hidup terlalu berat," pungkas Huldai. [qnt]