WahanaNews.co | Sekutu Rusia, Chechnya mengklaim jika pihaknya dapat menguasai Kota Mariupol, Ukraina pada Kamis (21/4/2022) hari ini. Diketahui, benteng perlawanan terakhir Mariupol adalah sebuah pabrik baja di kota tersebut, Azovstal.
"Sebelum makan siang, atau setelah makan siang, Azovstal akan sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Federasi Rusia," kata Kepala Republik Rusia Chechnya, Ramzan Kadyrov.
Baca Juga:
Rusia 'Eksekusi' Mati Tentaranya yang Menyerah Pakai Meriam
Jika Mariupol jatuh ke tangan Rusia, maka itu akan menjadi kota terbesar Ukraina yang berhasil dikuasai Moskow sejak invasi. Kementerian pertahanan Ukraina tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Saksi mata mengatakan, beberapa lusin warga sipil berhasil meninggalkan pelabuhan tenggara yang penting secara strategis itu pada Rabu (20/4/2022) dengan konvoi bus kecil.
Seorang komandan angkatan laut Ukraina, Serhiy Volny pada Rabu mengatakan, para pejuang di pabrik baja mungkin tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan sekitar 1.000 warga sipil juga berlindung di sana.
Baca Juga:
Pertempuran Sengit, Rusia Lumat 9 Tank Ukraina Termasuk 4 Leopard-2
"Ukraina siap untuk 'putaran negosiasi khusus' tanpa syarat untuk menyelamatkan orang-orang kami, Azov (batalyon), militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan yang terluka," cuit negosiator, Mykhailo Podolyak.
Pejuang tetap bersembunyi di pabrik dan mengabaikan ultimatum Rusia untuk menyerah. David Arakhamia, negosiator kedua mengatakan dalam sebuah posting online, dia dan Podolyak terus-menerus berhubungan dengan pasukan Ukraina di kota itu.
"Hari ini, dalam percakapan dengan para pembela kota, sebuah proposal diajukan untuk mengadakan negosiasi langsung, di lokasi, tentang evakuasi garnisun militer kami. Kami siap untuk negosiasi semacam itu kapan saja segera setelah kami menerima konfirmasi dari pihak Rusia," katanya. [rsy]