WahanaNews.co | Citra satelit memperlihatkan, China membangun tiruan kapal Amerika Serikat yang diduga digunakan untuk sasaran latihan perang.
Associated Press melaporkan bahwa citra tersebut tertangkap satelit milik perusahaan AS, Maxar Technology, pada Minggu (7/11) lalu.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Citra satelit itu menunjukkan bentuk kapal pembawa pesawat dan armada penghancur AS di jalur kereta api di Ruoqiang yang terletak di barat laut Xinjiang.
Institut Angkatan Laut AS (USNI) menyatakan bahwa tiruan kapal tersebut menjadi sasaran latihan perang yang digelar Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
Citra satelit itu tak dapat menangkap jelas seberapa detail tiruan tersebut. Namun, USNI melaporkan bahwa tiruan itu memiliki peralatan seperti yang ada di kapal penghancur, seperti sistem senjata.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan bahwa pihaknya belum menerima informasi mengenai citra satelit tersebut.
Kabar ini terkuak ketika AS sedang waswas akan perkembangan militer China beberapa waktu belakangan ini.
Sebelumnya, AS juga dikabarkan khawatir karena Angkatan Laut China memiliki armada laut terbesar di dunia.
Pada akhir bulan lalu, Wakil Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat, Jenderal John Hyten, juga mengatakan bahwa China akan mengalahkan militer negaranya jika Pentagon tak segera berbenah.
Hyten melontarkan pernyataan ini sehari setelah Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, mengonfirmasi bahwa China menguji coba rudal hipersonik.
Menurutnya, uji coba rudal itu sangat luar biasa. Ia bahkan menyandingkan momen itu dengan saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik, pada 1957.
"Yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Sangat mengkhawatirkan," ujar Milley kepada Bloomberg TV.
Ia kemudian berkata, "Saya tidak tahu betul mirip dengan momen Sputnik atau tidak, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu. Ini merupakan peristiwa teknologi yang sangat signifikan dan kami sangat memperhatikannya."
Sementara itu, AS sendiri gagal menguji coba senjata hipersonik pekan lalu lalu. Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa roket yang digunakan untuk mempercepat laju proyektil gagal meluncur sehingga uji coba tidak bisa dilanjutkan. [rin]