WahanaNews.co, Jakarta - China dan Rusia sepakat untuk terus menguatkan hubungan kedua negara yang telah terjalin selama 75 tahun.
"Selama 75 tahun sejak China dan Rusia menjalin hubungan diplomatik, hubungan kedua negara telah melewati masa-masa sulit sekaligus mengalami kemajuan pesat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Selasa (9/4/2024).
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Menurut dia, atas dasar non-aliansi, non-konfrontasi dan tidak menargetkan pihak ketiga mana pun, China dan Rusia telah berkomitmen untuk menjalin hubungan bertetangga dan persahabatan yang baik.
Hal tersebut disampaikan terkait dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada 9 April 2024. Dalam kunjungan tersebut, Menlu Lavrov bertemu dengan Presiden Xi Jinping, Menlu China Wang Yi dan pejabat terkait lainnya.
"Menlu Wang Yi mengatakan bahwa China akan terus mendukung Rusia dalam mengejar pembangunan dan revitalisasi di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin dan mendukung rakyat Rusia untuk melakukan pembangunan secara mandiri," papar Mao Ning.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
China, menurut Mao Ning, berkeinginan untuk memperdalam koordinasi strategis yang komprehensif dan membentuk paradigma baru dalam hubungan negara-negara besar yang sama sekali berbeda dari paradigma sebelumnya yaitu pendekatan era Perang Dingin.
"Menjamin pertumbuhan yang sehat dalam hubungan China-Rusia adalah hal yang harus kita lakukan sebagai dua negara besar dan bertetangga serta melayani kepentingan kedua masyarakat," ujar Mao Ning.
Di bawah bimbingan Presiden Xi Jinping dan Presiden Putin, menurut Mao Ning, kemitraan koordinasi strategis komprehensif China-Rusia untuk era baru telah berkembang pada tingkat yang lebih tinggi dan mendapat dukungan yang lebih kuat dari masyarakat kedua negara ditambah ada prospek luas untuk kerja sama yang saling menguntungkan.
"China siap bekerja sama dengan Rusia, seperti kesepakatan bersama yang dicapai oleh kedua kepala negara, menyelaraskan rencana pembangunan kedua negara, dan memajukan kerja sama praktis di berbagai bidang," ucap Mao Ning.
Kedua negara, kata Mao Ning, juga perlu dengan tegas menentang segala tindakan unilateralisme dan hegemonisme serta menjadikan dunia menjadi tempat yang lebih damai dan aman.
"Dalam pertemuan kedua menteri luar negeri bertukar pandangan mengenai isu-isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama. Usai pertemuan, kedua belah pihak bersama-sama menandatangani rencana konsultasi tahun 2024 antara kementerian luar negeri kedua negara," kata Mao Ning.
Mengenai Ukraina, Menlu Wang Wi, ucap Mao Ning mengatakan empat prinsip yang ditetapkan oleh Presiden Xi untuk membentuk pendekatan mendasar China terhadap masalah ini.
"China berharap terjadinya gencatan senjata lebih awal di Ukraina. China mendukung konferensi perdamaian internasional diharapkan dapat dilangsungkan pada waktu yang tepat dan diakui oleh Rusia dan Ukraina sehingga menjamin partisipasi yang setara dari semua pihak dan diskusi yang adil untuk mencapai perdamaian," tutur Mao Ning.
Menlu Wang Yi juga menekankan perlunya menjunjung multilateralisme sejati dan menentang pengelompokan eksklusif untuk konfrontasi blok, khususnya di Asia-Pasifik.
"NATO tidak boleh ikut campur dalam urusan negara-negara di kawasan, tidak ada pernyataan atau tindakan yang menyatakan bahwa perpecahan dan konfrontasi memiliki masa depan di Asia-Pasifik," tegas Mao Ning.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]