WahanaNews.co | China tegas meminta Amerika Serikat tidak ikut-ikut campur.
Apalagi sampai menyinggung China yang tidak mengambil sikap atas perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Saking tak sepahamnya dengan pernyataan AS, China kemudian mengelurkan pernyataan yang tegas dan menohok pada Amerika Serikat.
"China dengan tegas menentang semua bentuk sanksi sepihak dan yurisdiksi jangka panjang oleh Amerika Serikat," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
China pada Kamis menuntut agar AS, dalam menangani masalah Ukraina dan hubungan dengan Rusia, tidak akan merugikan hak dan kepentingan sah China.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, membuat pernyataan pada konferensi pers reguler sebagai tanggapan atas pertanyaan baru-baru ini oleh AS dan beberapa negara lain bahwa China tidak mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan krisis di Ukraina dan klaim oleh beberapa AS.
Negara-negara yang menuduh China berdiri di sela-sela masalah Ukraina harus mengatakan lebih baik bertanya pada diri sendiri siapa pelaku di balik krisis saat ini dan siapa yang mendorong lima putaran ekspansi NATO ke arah timur, katanya.
Zhao menekankan China selalu membentuk posisi dan kebijakannya sendiri sesuai dengan manfaat dari masalah itu sendiri dan memainkan peran konstruktif dalam pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia.
Pada hari kedua konflik, Presiden Xi Jinping menyerukan penyelesaian krisis melalui negosiasi melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada hari Selasa, Presiden Xi juga mengadakan pertemuan puncak virtual dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, mendorong kedua belah pihak untuk menjaga momentum negosiasi, mengatasi kesulitan, dan menjaga pembicaraan tetap berjalan dan menghasilkan hasil damai.
Memperhatikan bahwa perdamaian dan keamanan tidak dapat dicapai melalui sanksi, yang hanya akan menyebabkan kesulitan besar bagi ekonomi dan kehidupan masyarakat di negara-negara yang terlibat dan mengintensifkan perpecahan dan konfrontasi, juru bicara tersebut mengatakan bahwa China akan bereaksi tegas jika hak dan kepentingan sah perusahaan dan perusahaan China.
Rusia minta AS Lakukan Perang Dingin
Pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia dilaporkan sempat menjadikan Perang Dingin sebagai titik acuan untuk hubungan ideal antara Moskwa dan Washington DC, di tengan serangan Rusia ke Ukraina.
Bagaimana AS menanggapi seruan ini?
Ajakan itu datang dari Alexander Darchiyev, Direktur Departemen Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Rusia, pada Selasa (8/3/2022).
Dia menyerukan agar Rusia dan Amerika Serikat (AS) harus kembali ke prinsip "koeksistensi damai" seperti selama Perang Dingin, di mana ancaman perang nuklir menghantui relasi keduanya.
"Kami terbuka untuk dialog yang jujur dan saling menghormati sejauh Amerika Serikat siap untuk ini," katanya kepada Interfax sebagaimana dilansir Newsweek pada Selasa (8/3/2022).
"Mungkin ada baiknya mengingat kembali prinsip yang sudah lama terlupakan yang bekerja selama Perang Dingin—koeksistensi damai … dan nilai dan cita-cita yang memisahkan kita...tidak boleh dipaksakan satu sama lain," ujarnya.
Menurutnya, kedua negara harus memahami itu sebagai "tanggung jawab khusus Rusia dan AS atas nasib dunia sebagai negara adidaya nuklir".
Moskwa pun, kata dia, berharap “kenormalan” dalam hubungan antara dua negara akan kembali.
Darchiyev membela negaranya dengan mengatakan bahwa kerusakan hubungan antar negara yang terjadi saat ini "bukan taktik kami dan bukan gaya kami."
Dia mengecam AS, dan mengulangi pembenaran Kremlin untuk perang yang telah menjadi batu sandungan bagi para diplomat sebelum Vladimir Putin memerintahkan invasi.
Diplomat itu merujuk pada "tindakan permusuhan dan penghinaan arogan" AS atas tuntutan Rusia untuk jaminan keamanan yang mengikat secara hukum, tidak adanya senjata serang di dekat perbatasannya dan kembalinya kemampuan militer NATO seperti sebelum 1997.
"Jelas bahwa Ukraina, yang para penguasanya yang bobrok jatuh ke dalam bencana, hanyalah alat bagi Amerika Serikat dalam konfrontasi geopolitik dengan Rusia," katanya.
"Washington perlu waktu untuk membiasakan diri dengan fakta bahwa hegemoninya ada di masa lalu, dan harus memperhitungkan kepentingan nasional Rusia, yang memiliki lingkup pengaruh dan tanggung jawab sendiri," tambahnya.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memberikan tanggapan yang blak-blakan terhadap komentar Darchiyev, dengan mengatakan: "Koeksistensi damai memiliki dua kata. Yang utama adalah 'damai'."
"Rusia melakukan segala dayanya untuk mengolok-olok kata itu melalui agresinya terhadap Ukraina," katanya pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas.
Dia mengatakan bahwa Putin "membuat Rusia paria, menghancurkan dalam waktu seminggu (setelah) 30 tahun keterbukaan dan peluang internasional."
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan pada Selasa (8/3/2022) bahwa AS akan melarang impor minyak, gas alam, dan batu bara Rusia sebagai bagian dari hukuman pemerintahannya terhadap Moskow atas invasi tersebut. [gun]