WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konflik antara Palestina dan Israel masih berlangsung hingga saat ini, menjadi salah satu konflik terpanjang dan paling kompleks di dunia.
Perseteruan ini telah berjalan puluhan tahun dan melibatkan berbagai aspek, mulai dari masalah wilayah, agama, hingga sejarah dan politik.
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Hancurkan Gedung Kampus Universitas Lebanon di Beirut
Tak hanya dengan Palestina, Israel juga kerap berkonflik dengan negara-negara Timur Tengah lainnya seperti Lebanon, Iran, Yaman, Suriah, dan Irak. Meskipun sering terlibat konflik, Israel berhasil masuk dalam kategori negara maju dan kaya.
Menurut data Trading Economics, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel mencapai US$522,03 miliar pada tahun 2022 atau sekitar Rp8.482 triliun dengan asumsi kurs Rp16.248 per dolar AS, menyumbang 0,23% dari perekonomian dunia.
Mengapa Israel Bisa Menjadi Negara Kaya?
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Kekayaan Israel berasal dari berbagai sektor ekonomi. Negeri Zionis ini masuk dalam kelompok negara maju dengan PDB sebesar US$522,03 miliar pada tahun 2022, sebelum perang terbaru dimulai.
Pendapatan besar ini dihasilkan dari ekonomi yang beragam.
Israel dikenal sebagai negara industri dengan manufaktur yang berbasis pada penelitian dan pengembangan tingkat tinggi, serta didukung teknologi canggih dalam proses produksi.
"Sementara di banyak negara maju jumlah pekerja industri menurun sejak awal 1990-an, di Israel jumlah tenaga kerja di sektor industri justru meningkat, dengan lebih dari 25% bekerja di bidang manufaktur berteknologi tinggi," tulis Kedutaan Besar Israel di Inggris.
Para ahli PBB menyebutkan, kualitas riset dan pengembangan Israel masuk dalam 10 besar dunia. Hal ini berkat investasi besar-besaran dalam sektor penelitian, yang mencapai 4,9% dari PDB negara tersebut.
Selain itu, Israel juga menjadi pusat manufaktur dan perdagangan berlian terkemuka di dunia.
"Israel Diamond Exchange adalah pasar berlian terbesar di dunia yang mengakomodasi seluruh proses dan kebutuhan pembeli berlian dalam satu tempat," kata perwakilan Israel.
Di sektor pertanian, Israel menunjukkan kemajuan signifikan. Luas lahan pertanian meningkat 2,6 kali lipat dibandingkan saat kemerdekaan pada 1948, dan area beririgasi tumbuh hingga 8 kali lipat mencapai 0,6 juta hektar pada pertengahan 1980-an.
"Keberhasilan pertanian Israel berkat kerja sama erat antara petani dan peneliti yang disponsori pemerintah, mengembangkan metode canggih, teknik irigasi inovatif, serta peralatan agro-mekanikal mutakhir," tambah Kedutaan Besar Israel di London.
Israel juga dikenal sebagai 'Negara Startup' dunia, meski secara geografis kecil dan relatif muda. Negara ini telah menjadi pemimpin global dalam inovasi teknologi dan kewirausahaan.
Contoh startup terkenal dari Israel adalah Waze, aplikasi navigasi yang mengumpulkan data lalu lintas secara real-time dari pengguna, serta Firebolt, yang menawarkan solusi analisis data berbasis cloud dengan kinerja tinggi.
Kesuksesan industri Israel tidak lepas dari kontribusi tenaga terampil dan investasi.
Selama Perang Dunia II, banyak ahli yang pindah dari Eropa ke Israel untuk menghindari persekusi, memperkuat sektor-sektor seperti farmasi, kimia, dan logam.
Sejak tahun 1970-an, Israel terkenal dengan industri manufakturnya yang maju tanpa bergantung pada minyak seperti negara-negara Arab.
Pada 1990-an, kedatangan insinyur dari negara bekas Uni Soviet semakin memperkaya sumber daya manusia terampil Israel, mendorong pertumbuhan startup teknologi.
Dukungan finansial dari sekutu dekatnya, Amerika Serikat, juga menjadi faktor utama.
Berdasarkan data Al Jazeera, Israel merupakan penerima bantuan luar negeri terbesar dari AS, mencapai sekitar US$263 miliar (Rp4.268,22 triliun) sejak tahun 1946 hingga 2023.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]