"Orang-orang Sri Lanka sangat, sangat sabar. Anda harus menyudutkan mereka sebelum mereka bereaksi," kata Chantal Cooke, seorang pengunjuk rasa, sambil memegang spanduk yang menuntut keluarga Rajapaksa mundur.
Di dalam parlemen pun keluarga itu telah kehilangan cengkeramannya.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Basil mengundurkan diri pada Minggu bersama anggota kabinet lain.
Pada Selasa, sedikitnya 41 anggota parlemen keluar dari koalisi partai berkuasa, menyisakan sedikit anggota yang masih mendukung pemerintah dan membuka kemungkinan diajukannya mosi tidak percaya.
"Semakin jauh (krisis) itu terseret, semakin buruk bagi keluarga Rajapaksa," kata analis politik, Kusal Perera, penulis buku tentang Mahinda sebagai mantan Presiden.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Kantor sang Presiden belum menanggapi permintaan untuk mengomentari krisis dan desakan kepadanya untuk mundur.
Namun, kepala mesin politik pemerintah yang juga Menteri Jalan Raya, Johnston Fernando, mengatakan, Gotabaya (72 tahun) telah diberi mandat untuk memerintah oleh 6,9 juta pemilih yang mendukungnya dalam Pemilihan Presiden 2019.
"Sebagai pemerintah, kami dengan jelas mengatakan bahwa presiden tidak akan mundur dalam keadaan apa pun," kata Fernando di depan parlemen pada Rabu.