WahanaNews.co | Kompleks Masjid Al-Aqsa Yerusalem jadi tempat bentrok antara demonstran Palestina dan polisi Israel beberapa waktu lalu.
Kekerasan yang dilakukan polisi Israel membuat lebih dari 150 orang alami luka-luka dalam bentrok yang bermula pada Jumat (15/4) lalu.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Diketahui Kompleks Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga Islam. Orang-orang Yahudi menyebutnya sebagai Temple Mount, merujuk pada dua kuil yang dikatakan berdiri di sana pada zaman kuno.
Komplek ini menjadi jantung konflik antara Israel dan Palestina, yang berada di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.
Dilansir AFP, pihak kepolisian Israel mengaku bentrokan berawal pada pukul 04.00 waktu setempat dari 'puluhan pria bertopeng' yang berbaris ke Masjid Al-Aqsa untuk menyalakan kembang api.
Baca Juga:
Setyo Budiyanto Terpilih sebagai Ketua KPK: OTT Tetap Senjata Utama
Selanjutnya sebagian orang lalu tiba-tiba melemparkan batu ke arah Tembok Barat, tempat yang dianggap sebagai situs paling suci di mana orang Yahudi dapat berdoa.
Polisi Israel kemudian memasuki kompleks Al-Aqsa untuk "membubarkan dan mendorong kembali (kerumunan) serta memungkinkan jamaah lainnya meninggalkan tempat itu dengan aman,".
Saksi mata mengatakan pasukan keamanan Israel menembakkan peluru berlapis karet dan granat suara ke arah beberapa warga.
Warga Palestina membalas dengan melemparkan batu.
Dilansir Al-Jazeera, Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut serbuan polisi Israel di Masjid Al-Aqsa itu sebagai "serangan brutal terhadap jemaah selama bulan suci", dan pertanda berbahaya.
Sementara itu di Gaza, juru bicara Hamas, yang menguasai daerah itu, mengatakan bahwa penggunaan kekuatan Israel di tempat suci tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja.
Hamas menuntut agar Israel membebaskan hampir 500 orang yang ditahannya pada hari Jumat, menghentikan "kunjungan provokatif" ke masjid Al-Aqsa oleh kelompok-kelompok Yahudi, dan mengakhiri serangan militer ke kota-kota Tepi Barat.
"Kami akan menarik garis lagi dalam membela Yerusalem dan kami akan meluncurkan era baru; senjata untuk senjata, dan kekuatan hanya akan dihadapi dengan kekerasan, dan kami akan mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga," kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum.
Ketegangan yang terjadi juga disebabkan bertepatannya bulan Ramadan dengan perayaan Paskah Yahudi.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 153 orang dirawat di rumah sakit dan "puluhan" lainnya dirawat di tempat kejadian.
Sementara itu, setidaknya tiga orang polisi Israel terluka.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan bentrokan yang terjadi pada hari Jumat itu "tidak dapat diterima".
"Konvergensi Paskah, Ramadhan, dan Paskah adalah simbol dari kesamaan yang kita miliki. Kita tidak boleh membiarkan siapa pun mengubah hari-hari suci ini menjadi platform untuk kebencian, hasutan, dan kekerasan," katanya.
Utusan perdamaian Timur Tengah PBB Tor Wennesland mendesak "pihak berwenang di kedua belah pihak untuk segera meredakan situasi dan mencegah provokasi lebih lanjut oleh aktor radikal", sebuah posisi yang digaungkan oleh Unit Urusan Palestina AS dan layanan diplomatik UE. [non]