WahanaNews.co | Filipina bersiap memborong 32 helikopter S-70i Black Hawk dari anak perusahaan Sikorsky Aircraft yang berbasis di Polandia, PZL Mielec. Keputusan ini dilakukan untuk menambah armada yang ada sebanyak 12 dan meningkatkan kemampuan respon terhadap bencana.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengatakan, pemberitahuan dikeluarkan pada 28 Desember untuk pembelian helikopter baru di bawah proyek yang dilengkapi dengan dukungan logistik dan paket pelatihan untuk pilot dan kru pemeliharaan. Proyek ini menelan biaya USD 624 juta.
Baca Juga:
Barantin Sulawesi Utara Musnahkan 144 Ekor Ayam Tanpa Dokumen Karantina Resmi
“Kontrak sekarang sedang disusun, dengan pengiriman 5 unit pertama diharapkan pada tahun 2023,” kata Lorenzana di Facebook. “Sisanya akan dikirimkan dalam tiga batch, 10 unit pada 2024, 10 unit pada 2025, dan 7 unit pada 2026,” lanjut Lorenzana, seperti dikutip dari Reuters.
"Kurangnya pesawat angkut dan helikopter tidak pernah lebih parah selama pandemi dan setelah Topan (Rai). Ini diperburuk oleh Huey kami yang menua, yang menjadi tidak ekonomis untuk dipelihara," ungkap Lorenzana.
Selama dekade terakhir, Manila telah berusaha untuk memodernisasi peralatan militernya yang rusak, yang menampilkan helikopter era Perang Vietnam dan kapal Angkatan Laut Perang Dunia II yang digunakan oleh Amerika Serikat.
Baca Juga:
Batak di Filipina, Satu dari 7 Suku yang Terancam Punah
Tahun lalu, pemerintah menyelesaikan pesanan 16 unit S-70i Black Hawk untuk menggantikan armada angkatan udara helikopter Bell UH-1H, yang biasa dikenal sebagai Huey, setelah kecelakaan fatal. Banyak dari mereka diperoleh sebagai surplus dari AS, sekutu militer lama Manila.
Seluruh armada Black Hawk dikandangkan pada bulan Juni, setelah sebuah helikopter S-70i jatuh selama penerbangan pelatihan malam hari, menewaskan 6 orang di dalamnya. Investigasi menemukan itu "secara tidak sengaja memasuki badai" dan pilot menderita "disorientasi spasial atau vertigo".
Selain pemberontakan yang telah berlangsung lama oleh pejuang komunis dan Islam, Filipina menghadapi agresi China yang meningkat di Laut China Selatan.
Sementara Rai, topan ke-15 dan paling mematikan tahun lalu yang melanda Filipina, menewaskan lebih dari 400 orang dan menyebabkan kerusakan luas di wilayah tengah dan selatan negara itu pada Desember 2021. Penanganan para korban topan ini membutuhkan sokongan udara yang maksimal. [rin]