WAHANANEWS.CO, Jakarta - Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) memperingatkan bahwa pasien-pasien bisa meninggal karena kelaparan dan minimnya akses perawatan medis.
Tenaga kesehatan dan jurnalis pun kini menghadapi ancaman yang sama.
Baca Juga:
Israel Hancurkan Satu-satunya Gereja Katolik Gaza, Reaksi Keras Datang dari Italia
Dalam pernyataan yang dirilis pada Senin (22/7/2025), PRCS menyatakan tim medis mereka bekerja tanpa dukungan, makanan, atau pasokan penting lainnya karena blokade yang terus berlanjut.
“Ini adalah pesan kemanusiaan yang mendesak kepada komunitas internasional,” ujar PRCS. “Hentikan perang segera. Buka penyeberangan sekarang.”
Sementara itu, Asosiasi Jurnalis AFP mengungkap bahwa para jurnalis mereka di Gaza kini dalam kondisi kelaparan ekstrem.
Baca Juga:
TPNPB Klaim Eksekusi Intel di Yahukimo, Tantang TNI Datang ke Markas Perang
Salah satu pekerja lepas mengaku tidak lagi sanggup bekerja. “Tubuh saya kurus dan saya tidak dapat bekerja,” katanya.
AFP mengatakan banyak jurnalis mereka kini kehilangan kemampuan fisik untuk meliput peristiwa, dan “panggilan bantuan mereka yang memilukan terdengar setiap hari.”
Meski para jurnalis ini masih digaji, barang kebutuhan pokok tidak tersedia atau dijual dengan harga yang melambung tinggi.
“Kami berisiko kehilangan mereka kapan saja. Kami tidak akan membiarkan mereka mati,” kata asosiasi tersebut.
Situasi juga kian suram bagi organisasi kemanusiaan. Médecins Sans Frontières (MSF) menyatakan sekitar 80.000 warga sipil telah mengungsi dari Deir el-Balah akibat ancaman invasi darat oleh tentara Israel.
Sebanyak 36 staf medis MSF juga terpaksa meninggalkan fasilitas kesehatan saat tengah merawat pasien di lokasi padat penduduk.
MSF menambahkan, evakuasi ini telah mengganggu jalur utama distribusi air di Gaza selatan.
Truk distribusi kini tidak dapat mencapai pabrik, dan siapa pun yang mencoba mendistribusikan air berada dalam bahaya besar. Daerah pengungsian paksa kini mencakup 87 persen wilayah Gaza.
Di tengah kepungan dan blokade, Hamas menyebut bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan para mediator untuk menghentikan kelaparan dan “menghentikan perang kriminal ini.”
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]