WahanaNews.co | Amerika Serikat mengerahkan dua pesawat pengebom Stratofortress
B-52H ke Timur Tengah untuk menggertak Iran pada Kamis (10/12/2020).
ass="MsoNormal">Dua pesawat pengebom jarak jauh kelas
berat itu mampu membawa senjata konvensional dan nuklir.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Selama ini, AS dinilai jarang mengerahkan pesawat jenis kelas berat seperti B-52H ke Timur
Tengah.
Sejumlah pejabat mengatakan, dua pesawat itu terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale
di Louisiana pada Rabu (9/12/2020) dan akan kembali pada Kamis (10/12/2020).
Kedua pesawat itu diperkirakan akan
menjalankan misi terbang selama 36 jam melintasi Samudra Atlantik dan Eropa,
melintasi Semenanjung Arab dan Teluk Arab, sebelum
kembali ke AS.
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
"Kemampuan untuk menerbangkan
pesawat pengebom strategis ke belahan dunia dalam misi tanpa henti dan dengan
cepat mengintegrasikan mereka dengan beberapa mitra regional menunjukkan
hubungan kerja sama yang erat dan komitmen bersama kami untuk keamanan dan
stabilitas regional," kata Komandan Pusat Komando AS untuk Timur
Tengah, Jenderal Frank McKenzie, melalui sebuah pernyataan.
Misi tersebut merupakan yang kedua
dilakukan AS dalam satu bulan terakhir.
Pengerahan pesawat pengebom ini
dilakukan AS sebagai upaya menunjukkan komitmennya di Timur Tengah, meski Presiden Donald Trump baru-baru ini menarik ribuan tentara
dari Irak dan Afghanistan.
Musuh AS kerap mengeluh tentang
pengerahan pesawat pengebom AS semacam itu, karena
dianggap sebagai bentuk unjuk kekuatan yang provokatif.
Pernyataan itu diutarakan McKenzie
setelah sejumlah negara sekutu AS di kawasan khawatir bahwa Negeri Paman Sam
mulai menelantarkan wilayah itu, terutama setelah penarikan ribuan
pasukan dan kapal induk USS Nimitz dari Teluk Arab.
USS Nimitz dan beberapa kapal lainnya
dipulangkan ke AS pada akhir tahun ini dan belum diketahui kapan akan berlayar
kembali ke Timur Tengah.
Kekhawatiran juga meningkat setelah
pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, baru-baru ini, yang dikhawatirkan memicu Teheran melakukan serangan balasan.
"Kami tidak mencari konflik.
Tetapi kami harus tetap bersikap dan berkomitmen untuk menanggapi setiap
kemungkinan atau menentang agresi apa pun," ujar McKenzie, seperti dikutip Associated
Press.
Meski begitu, AS kerap mengirim kapal
dan pesawat militer ke Timur Tengah di masa lalu untuk mengirim pesan ke Iran. [qnt]