WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak, kali ini menyangkut nama besar aktivis iklim dunia, Greta Thunberg.
Dalam upaya mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza, kapal yang ditumpanginya dicegat militer Israel di perairan internasional.
Baca Juga:
Tarifnya Rp24 Juta per Rumah, Terungkap Skema Penghancuran Brutal Israel di Gaza
Insiden ini menuai reaksi keras dari berbagai kalangan, menyoroti blokade brutal terhadap Gaza yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Militer Israel dilaporkan telah mencegat kapal bantuan kemanusiaan bernama Madleen pada Minggu (8/6/2025), saat sedang dalam perjalanan menuju Jalur Gaza.
Kapal itu membawa sejumlah aktivis, termasuk Greta Thunberg, yang dikabarkan “diculik” oleh pasukan Israel setelah kapal dihentikan secara paksa.
Baca Juga:
Blokade Gila Israel Bunuh 66 Anak Gaza, Dunia Internasional Bungkam
Thunberg, aktivis iklim asal Swedia yang dikenal vokal dalam isu kemanusiaan dan lingkungan, bergabung dalam misi tersebut untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Gaza yang menderita akibat pengepungan dan serangan militer Israel.
Kapal Madleen membawa bantuan berupa makanan dan perlengkapan penting lainnya untuk warga Palestina.
Kementerian Luar Negeri Israel merilis pernyataan yang menyebut kapal tersebut “berlayar dengan selamat ke pantai Israel” dan bahwa “para penumpang diharapkan untuk kembali ke negara asal mereka.”
Namun pernyataan ini bertolak belakang dengan klaim yang disampaikan Thunberg lewat video yang dibagikan di akun Instagram Freedom Flotilla Coalition.
“Nama saya Greta Thunberg dan saya dari Swedia. Jika Anda melihat video ini, kami telah dicegat dan diculik di perairan internasional oleh pasukan pendudukan Israel, atau pasukan yang mendukung Israel,” kata Thunberg dalam video itu.
“Saya mendesak semua teman, keluarga, dan kawan saya untuk menekan pemerintah Swedia agar membebaskan saya dan yang lainnya sesegera mungkin,” lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz telah memperingatkan bahwa kapal tersebut tidak akan diizinkan mencapai Gaza.
Ia menggambarkan para aktivis yang berada di atas kapal sebagai “juru bicara propaganda Hamas.”
“Saya telah menginstruksikan IDF untuk mencegah armada Madleen mencapai pantai Gaza, dan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk tujuan itu,” tegas Katz dalam pernyataan resminya.
Freedom Flotilla Coalition, yang mengoperasikan kapal Madleen, juga merilis pernyataan bahwa sebelum ditangkap, kapal mereka diserang dengan bahan kimia oleh drone tak berawak dan kemudian ditabrak sebelum akhirnya disergap oleh pasukan Israel.
Kontak dengan awak kapal langsung terputus sesaat setelahnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menuding para aktivis hanya mencari publisitas.
“Satu-satunya tujuan mereka adalah untuk mendapatkan perhatian. Kapal itu bahkan tidak membawa satu truk penuh bantuan,” klaim pernyataan tersebut.
Mereka menambahkan bahwa jalur resmi sudah tersedia dan menyebut aksi ini sebagai “kapal pesiar swafoto selebriti.”
Thunberg membalas tuduhan itu melalui unggahan di Instagram.
“Saat kami berlayar mendekati Gaza, penting untuk diingat bahwa misi ini bukan tentang kami atau kapal ini,” tulisnya.
“Ini tentang genosida, blokade, dan penindasan sistematis terhadap warga Palestina. Mereka tidak butuh penyelamat, mereka butuh dukungan kita untuk memperjuangkan keadilan dan menghentikan keterlibatan dengan para pelanggar HAM,” tambahnya.
Kapal Madleen sendiri memulai pelayaran dari Italia sejak 1 Juni, dalam upaya menembus blokade Israel atas Gaza yang telah diberlakukan selama bertahun-tahun, bahkan sebelum perang Israel-Hamas pecah pada Oktober 2023.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]