WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa hampir 100.000 penduduk terpaksa mengungsi dari El-Fasher, Darfur Utara, menyusul penguasaan wilayah tersebut oleh Rapid Support Forces (RSF).
Meningkatnya kekerasan di kawasan itu mempercepat perpindahan warga, memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.
Baca Juga:
Wali Kota Medan Tegaskan Penanganan Imigran Pencari Suaka Humanis dan Terkoordinasi
IOM mencatat sekitar 99.000 warga sipil Sudan meninggalkan El-Fasher sejak bulan lalu, tepat setelah RSF mengambil alih kendali pada Oktober 2025 seperti dikutip dari Yeni Safak, Jumat (14/11/2025).
Lembaga tersebut menegaskan bahwa jumlah tersebut masih berupa perkiraan awal dan sangat mungkin bertambah, mengingat situasi keamanan terus memburuk.
Dalam kurun 9–12 November saja, lebih dari 10.200 penduduk kembali melarikan diri akibat meningkatnya ketidakstabilan di Darfur Utara.
Baca Juga:
SMA Labschool Jakarta Kirim 30 Siswa Wakili Indonesia di Harvard Model United Nations
Sebagian besar pengungsi bergerak menuju wilayah sekitar El-Fasher, Tawila, dan Kutum, meskipun akses menuju lokasi-lokasi tersebut masih dipenuhi ancaman.
Banyak jalur transportasi utama dilaporkan tidak aman, sehingga menghambat upaya perpindahan warga sipil maupun distribusi bantuan kemanusiaan.
Tim pemantau di lapangan juga melaporkan adanya gangguan keamanan serius di rute-rute utama, yang berdampak pada lambatnya pergerakan pengungsi dan terbatasnya pasokan bantuan.
Kondisi ini membuat situasi kemanusiaan semakin sulit diprediksi dan berpotensi memburuk dalam beberapa minggu ke depan.
Saat ini RSF menguasai sebagian besar wilayah barat Sudan, termasuk seluruh negara bagian Darfur, sedangkan militer Sudan masih mempertahankan kendali di sejumlah wilayah lain, termasuk Khartoum.
Konflik bersenjata antara dua faksi tersebut telah berlangsung sejak April 2023.
Sejak awal konflik, sedikitnya 40.000 orang dilaporkan tewas, sementara sekitar 12 juta warga terdampak dan terpaksa mengungsi di berbagai penjuru Sudan.
Pengambilalihan El-Fasher oleh RSF semakin memunculkan kekhawatiran terkait potensi pelanggaran hak asasi manusia dan risiko eskalasi kekerasan lanjutan.
Warga sipil yang meninggalkan rumah mereka saat ini menghadapi perjalanan yang penuh risiko, dengan perlindungan yang sangat terbatas.
IOM menegaskan bahwa perpindahan penduduk diperkirakan akan terus meningkat apabila tidak ada langkah segera untuk menghentikan konflik dan memulihkan stabilitas di wilayah tersebut.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]