WAHANANEWS.CO, Jakarta - Insiden jatuhnya helikopter Sea King milik Ukraina kembali membuka perdebatan tentang kelayakan perangkat militer bekas yang dikirim negara-negara Barat ke medan tempur aktif.
Dalam situasi perang yang menuntut keandalan tinggi dan teknologi mutakhir, peristiwa ini menyulut kekhawatiran mengenai efektivitas serta keamanan penggunaan alutsista tua dalam operasi militer modern.
Baca Juga:
Pegawai Hotel Pembobol Brankas WN Ukraina di Gorontalo Ditangkap
Pada 22 Februari 2025, sebuah helikopter Westland WS-61 Sea King yang merupakan hibah dari Inggris jatuh di dekat Pangkalan Udara Kulbakino, Ukraina.
Otoritas setempat telah mengonfirmasi kecelakaan ini, yang menyebabkan kerusakan total pada helikopter dan menimbulkan luka ringan hingga sedang pada para awaknya.
Kecelakaan tersebut terjadi sesaat setelah lepas landas, ketika heli hanya mampu mencapai ketinggian 5 hingga 7 meter sebelum mengalami getaran hebat, kehilangan kendali, lalu jatuh.
Baca Juga:
Siap Kuasai Udara, Rusia Tampilkan Prototipe Senjata Laser Antidrone
Dengan insiden ini, Ukraina kini hanya memiliki dua unit Sea King yang tersisa dari total tiga helikopter yang dikirim oleh Inggris pada tahun 2023.
Padahal, pengiriman tersebut sempat disambut sebagai bagian dari dukungan strategis Inggris terhadap pertahanan Ukraina.
Namun kini, keandalan hibah tersebut mulai dipertanyakan.
Sea King sendiri merupakan helikopter buatan era 1970-an yang telah dipensiunkan dari layanan Angkatan Laut Inggris.
Meskipun telah menjalani proses modernisasi dan dilengkapi dengan persenjataan baru seperti rudal berpemandu Brimstone 2 dan Marte ER, usianya yang sudah lebih dari 50 tahun menimbulkan tanda tanya besar terkait ketahanan struktural dan performa teknisnya di lapangan.
Pengamat militer independen, Kolonel (Purn) Viktor Melnyk, menyatakan bahwa ketergantungan Ukraina pada perangkat bekas dari Barat dapat menjadi titik lemah strategis.
“Bukan soal senjatanya canggih atau tidak, tapi sasis, rangka, dan sistem inti heli ini sudah melewati masa pakainya. Anda tidak bisa hanya menempelkan rudal modern ke badan pesawat berumur setengah abad dan berharap hasil optimal,” katanya.
Inggris sebelumnya menyatakan bahwa Sea King dapat disesuaikan untuk kebutuhan Ukraina, terutama dalam misi anti-kapal selam dan patroli maritim.
Namun, kecelakaan terbaru menunjukkan bahwa modernisasi mungkin tidak cukup untuk menutupi keausan teknis yang sudah tertanam dalam desain dasarnya.
Jerman juga diketahui telah mengirimkan enam helikopter Sea King Mk41 ke Ukraina pada Januari 2024, lengkap dengan pelatihan bagi pilot dan teknisi.
Langkah ini, walau dilandasi semangat solidaritas, kini turut mendapat sorotan seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa Ukraina dijadikan “tempat uji coba” bagi sistem militer bekas.
Di tengah konflik berkepanjangan, Ukraina tentu membutuhkan dukungan internasional.
Namun muncul pertanyaan krusial: apakah bantuan alutsista bekas benar-benar memperkuat pertahanan Ukraina, atau justru menambah risiko di medan perang?
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]