WahanaNews.co, Jakarta - Caroline Cray (24), wanita di Massachusetts, Amerika Serikat, membagikan kisah tentang kondisi kesehatannya yang membuatnya alergi terhadap segala macam makanan.
Ada banyak jenis makanan yang tidak dapat dia konsumsi, sehingga Caroline harus sangat berhati-hati dalam mencoba makanan.
Baca Juga:
Sindrom Fermentasi Usus, Penyebab Wanita Kanada Mabuk 2 Tahun Meski Tak Konsumsi Alkohol
Beberapa contoh makanan yang harus dihindari termasuk makanan sehari-hari seperti nasi, roti, mustard, dan lainnya. Sebagai akibatnya, dia hanya bisa minum susu formula dan oatmeal tiga kali sehari.
"Saya sudah mencapai titik di mana diet saya terbatas hanya pada susu formula bayi dan oatmeal," kata Caroline seperti yang dilansir NY Post, pada Kamis (28/3/2024).
Baca Juga:
Sistem Kelistrikan Sumsel, Jambi, dan Bengkulu Sedang dalam Penormalan, Ini Kata PLN
Kondisi kesehatan Caroline berkaitan dengan penyakit langka yang dikenal sebagai sindrom aktivasi sel mast (MCAS).
Penyakit ini merupakan kelainan imunologi yang langka, menyebabkan seseorang mengalami gejala alergi parah yang berulang dan memengaruhi beberapa sistem dalam tubuh.
Mengonsumsi makanan yang salah dapat meningkatkan risiko Caroline mengalami syok anafilaksis, yang merupakan reaksi alergi yang bisa berakibat fatal.
"Ini sungguh sulit. Anda tidak pernah berpikir bahwa makanan bisa menjadi sesuatu yang membuat Anda khawatir ketika Anda dapat makan dengan normal," cerita Caroline, yang selalu membawa makanannya sendiri ketika berpergian.
Semua ini dimulai pada bulan September 2017 ketika Caroline pertama kali mengalami syok anafilaksis setelah memakan es krim, yang memaksa dirinya untuk dirawat di rumah sakit selama 12 jam.
Pada bulan yang sama, ia kembali mengalami reaksi tubuh yang parah setelah mengonsumsi pizza, nasi, dan kacang-kacangan, yang mengakibatkan ia harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama 12 hari.
Pasca kejadian tersebut, Caroline mengaku mengalami penderitaan selama beberapa bulan.
Dia hidup dalam ketidakpastian terhadap makanan yang bisa membahayakan hidupnya lagi. Setelah 10 bulan berlalu, Caroline akhirnya menerima diagnosis MCAS.
"Ini sangat emosional bagi saya dan begitu mengejutkan. Saya sangat terpukul, saya dan ibu saya sama-sama menangis," kenang Caroline.
Caroline menjelaskan bahwa kondisinya disebabkan oleh proses mengonsumsi dan mencerna makanan. Saat ini, dia terus berkonsultasi dengan terapis MCAS untuk mencoba makanan yang berbeda.
Selain menjalani diet yang sangat ketat, Caroline juga harus mengikuti regimen pengobatan yang ketat, termasuk menerima suntikan Xolair setiap dua minggu, mengonsumsi antihistamin setiap hari, dan menerima pengobatan defisiensi imun hizentra setiap minggu.
"Kami akan mencoba makanan satu per satu, sehingga jika saya mengalami reaksi, kami dapat mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan," tambah Caroline.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]