Hasil analisis yang mencolok adalah kontribusi historis dari penggunaan lahan dan kehutanan, yang menambahkan 786 miliar ton CO2 dari tahun 1850 hingga 2021.
Itu hampir sepertiga dari total kumulatif. Dua pertiga sisanya berasal dari bahan bakar fosil dan semen, dengan produksi semen saja menyumbang sekitar 7 persen dari emisi CO2 manusia.
Baca Juga:
PLN Ungkap Rincian Dana yang Dibutuhkan untuk Transisi Energi Tanah Air
Hasil analisa yang cukup mencolok adalah kontribusi sejarah dari penggunaan lahan dan kehutanan.
Aktivitas tersebut menambah 786 miliar ton CO2 selama periode 1850-2021 atau hampir sepertiga dari total kumulatif.
Dua pertiga sisanya berasal dari bahan bakar fosil dan semen, dengan produksi semen saja menyumbang sekitar 7 persen dari emisi CO2.
Baca Juga:
PLN Ungkap Rincian Dana yang Dibutuhkan untuk Transisi Energi Tanah Air
"Menurut kami analisa ini menyoroti kebutuhan untuk mempertimbangkan penggunaan lahan dan emisi deforestasi, serta tidak hanya fokus pada emisi bahan bakar fosil," ungkap direktur dan editor Carbon Brief, Leo Hickman kepada The Straits Times.
Data untuk analisa ini diambil dari daftar panjang berisi banyak sumber.
Untuk data fosil, misalnya, perkiraan emisi CO2 historis nasional dari bahan bakar fosil dan produksi semen, dikembangkan oleh Pusat Analisis Informasi Karbon Dioksida (CDIAC) di AS dan diadaptasi oleh Proyek Karbon Global.