WahanaNews.co | Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyampaikan sejumlah hal saat menjamu kedatangan Presiden Joko Widodo di Istana Kremlin, Moskow, Kamis (30/6).
Kedatangan Jokowi berlangsung di momen genting ketika Rusia masih menginvasi Ukraina sejak 24 Februari lalu.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Putin memaparkan kebahagiaannya menyambut Jokowi hingga menegaskan ketertarikannya menanamkan modal Rusia di Ibu Kota Nusantara (IKN) sampai isu invasi di Ukraina.
Setelah melakukan pembicaraan tatap muka di Istana Kremlin, kedua pemimpin itu melakukan konferensi pers bersama.
Saat berpidato, setidaknya tercatat lima poin yang disampaikan Putin kepada Jokowi. Berikut rangkumannya:
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
1. Kedekatan Rusia-RI
Putin mengaku bahagia saat menyambut kedatangan Jokowi di Istana Kremlin. Ia juga menekankan Indonesia merupakan salah satu mitra utamanya di Asia-Pasifik.
"Hubungan Rusia-RI bersifat konstruktif, dan saling menguntungkan, dan terus berkembang atas dasar tradisi persahabatan dan bantuan timbal balik yang telah berlangsung lama," ucap Putin dalam pidatonya dikutip dari situs resmi Kremlin.
Ia lantas mengingatkan kembali Rusia, yang saat itu Uni Soviet, membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi RI di awal berdiri di kancah internasional.
2. Siap Investasi di IKN
Putin juga mengaku siap berinvestasi di proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, yang akan menjadi ibu kota baru Indonesia.
Rusia, katanya, punya banyak potensi kerjasama bisnis dalam mengembangkan infrastruktur transportasi dan logistik.
"Misalnya, Russian Railways bisa berperan dalam mengimplementasikan inisiatif skala besar Indonesia untuk memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan," ujar dia.
Ibu kota Rusia, Moskow, telah berkembang dengan kecepatan yang sangat baik dan peningkatan kualitas yang tinggi.
"Juga bisa berpartisipasi dalam proyek yang benar-benar ambisius ini," jelas Putin.
3. Kecam Sanksi AS dan Sekutu
Saat menjamu Jokowi, orang nomor satu di Rusia itu juga mengecam sanksi dari Amerika Serikat dan sekutu karena invasi ke Ukraina.
Menurut Putin, sanksi Barat itu berdampak pada pasokan pangan global.
"Kami menekankan berulang kali bahwa ketidakseimbangan pasar pangan dunia adalah konsekuensi langsung dari kebijakan ekonomi makro yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara, penerbitan yang tidak terkendali dan akumulasi utang tanpa jaminan," kata Putin.
Kondisi semakin buruk karena pandemi virus corona.
"Namun, alih-alih mengakui bahwa kebijakan ekonomi mereka salah arah, negara-negara Barat semakin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarus, menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, dan memperumit asuransi kapal dengan biji-bijian dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan," kata Putin.
Menurut dia, Rusia memiliki itikad baik dan berusaha memenuhi semua kewajiban kontraktual terkait pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lain.
"Dalam konteks ini, kami menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu sanksi," tegasnya.
4. Tak Bahas Ukraina
Dalam pidatonya, Putin menyebut akan menceritakan apa pun terkait situasi di Ukraina, termasuk Donbas. Wilayah yang kini menjadi arena pertempuran sengit pasukan Rusia dan Ukraina.
Namun, dalam konferensi pers itu Putin tak membeberkan lebih jauh.
"Tentu saja, selama pembicaraan kami juga membahas beberapa masalah regional dan internasional yang mendesak lain. Saya memberi tahu Presiden secara rinci soal perkembangan di Ukraina," jelas dia tanpa membeberkan apa-apa lagi soal isu tersebut.
5. Dukungan Rusia untuk RI di G20
Selain itu, Putin mendukung presidensi RI di G20.
"Kami tentu mendukung upaya Indonesia dan Presiden secara pribadi untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan G20 yang dijadwalkan berlangsung di Indonesia tahun ini," ujar Putin.
Presidensi G20 Indonesia sempat menjadi sorotan usai RI memutuskan mengundang Rusia, yang merupakan salah satu anggota forum ini.
Saat itu, sejumlah negara Barat ramai-ramai mengecam dan mengklaim akan memboikot acara ini. Namun, seruan tersebut kini tak terdengar lagi.[zbr]