WahanaNews.co | India memanas. Pasalnya juru bicara partai Bharatiya Janata (BJP), Nupur Sharma mengeluarkan pernyataan yang memicu negara Arab beramai-ramai mengecam dan mengutuk "islamofobia" yang terjadi di negeri tersebut.
Pernyataan Sharma dalam sebuah debat di televisi disebut menghina Nabi Muhammad SAW. Mengutip Sputnik News, dalam sebuah debat di media Times Now, Sharma disebut mengolok-olok Al-Quran. Ia menyamakannya dengan "bumi itu datar".
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
Ia pun menghina tokoh penting umat Muslim, Nabi Muhammad SAW. Hal itu karena menikah dengan istrinya Aisyah, saat masih muda belia.
"Nabi Muhammad menikahi seorang gadis berusia enam tahun dan kemudian berhubungan dengannya pada usia sembilan tahun," ujarnya dalam sebuah video yang kemudian dihapus oleh saluran televisi tersebut.
Akibat pernyataannya tersebut, Partai BJP, partai paling berkuasa di India, telah menskorsing Sharma sejak Minggu (5/6/2022). BJP mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya bahwa partai itu menghormati semua agama.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
"BJP mengecam keras penghinaan terhadap tokoh agama dari agama apa pun," katanya, sebagaimana dikutip dari Straits Times.
Sharma juga dilaporkan sudah mengeluarkan permintaan maaf publik pascamengeluarkan pernyataan yang berapi-api tentang Nabi Muhammad SAW dan mengatakan dirinya telah menerima ancaman pembunuhan setelah penampilannya di televisi, sebagaimana dilaporkan AFP.
Lalu seperti apa sosok Sharma?
Sharma sendiri telah lama menjadi corong bagi pemerintah nasionalis Hindu India. Perempuan berusia 37 tahun itu sering tampil di acara reguler debat berita TV, membedakan dirinya sebagai advokat yang bersemangat dan agresif untuk agenda Perdana Menteri Narendra Modi.
Popularitasnya meningkat seiring keberuntungan Partai BJP yang berkuasa, yang dalam dekade terakhir telah memantapkan dirinya sebagai kekuatan politik dominan India dengan memperjuangkan identitas Hindu.
Sharma merupakan seorang pengacara terlatih yang menghadiri London School of Economics, namun dia tidak berhasil mengikuti pemilihan negara bagian untuk BJP pada tahun 2015.
Dia pertama kali bergabung dengan sayap pemuda partai saat belajar di Universitas Delhi, dan dia terpilih sebagai presiden serikat mahasiswa dan menjadi terkenal karena memimpin gerombolan mahasiswa untuk menyerbu sebuah seminar yang diselenggarakan akademisi Muslim pada tahun 2008.
Kemudian pada hari itu dia muncul di sebuah acara televisi untuk membela tindakannya dan tindakan sesama siswa karena meludahi gurunya, yang telah didakwa dan dibebaskan dari serangan teror di parlemen India.
"Saya tidak akan meminta maaf," katanya. "Saya akan mengambil sikap. Seluruh negara harus meludahinya. Siapa yang mengundangnya ke universitas untuk berbicara tentang terorisme?"
Sejak berkuasa secara nasional pada tahun 2014, pemerintah Modi dan BJP telah dituduh memperjuangkan kebijakan diskriminatif terhadap pemeluk agama Islam.
Para pemimpin partai juga tetap bungkam atas serangan main hakim sendiri terhadap Muslim atas penyembelihan sapi yang menjadi hewan suci dalam tradisi Hindu.
India telah menerima kritik banyak negara soal diskriminasi agama. Kementerian luar negeri pekan lalu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan negara itu "menghargai kebebasan beragama dan hak asasi manusia." [rin]