WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah penerbangan Japan Airlines dari Shanghai menuju Tokyo terpaksa melakukan pendaratan darurat di Osaka akibat gangguan mendadak pada tekanan kabin.
Pesawat tersebut, dengan nomor penerbangan JL8696/IJ004, mengalami penurunan tekanan yang signifikan saat berada di udara, memaksa penurunan ketinggian hampir 26.000 kaki dalam waktu hanya 10 menit.
Baca Juga:
Garuda Indonesia – Japan Airlines Kerja Sama Perkuat Ekspansi Jaringan Penerbangan di Asia Pasifik
Pesawat lepas landas dari Bandara Pudong, Shanghai, pada Senin (30/6), dengan tujuan akhir Bandara Narita, Tokyo.
Namun, situasi darurat memaksa pilot mengalihkan penerbangan ke Bandara Kansai, Osaka, tempat pesawat mendarat sekitar pukul 20.50 waktu setempat.
Pesawat jenis Boeing 737-800 tersebut mengangkut total 191 penumpang dan awak. Dalam situasi kritis itu, ketinggian pesawat anjlok dari sekitar 36.000 kaki ke bawah 10.500 kaki dalam hitungan menit.
Baca Juga:
Partisipasi di Pameran Sound Messe in Osaka 2024, Gitar Indonesia Catat Transaksi Potensial Rp15,5 Miliar
Insiden ini terjadi dalam penerbangan codeshare antara Japan Airlines dan Spring Airlines Japan, sebuah maskapai berbiaya rendah.
Kementerian Transportasi Jepang menyatakan bahwa sistem peringatan pesawat mendeteksi gangguan pada mekanisme pengatur tekanan udara dalam kabin.
Dugaan awal mengarah pada dekompresi, yang membuat pilot segera melapor keadaan darurat dan mengalihkan pesawat ke Osaka, seperti diberitakan Kyodo News.
"Pada 30 Juni, Penerbangan JL8696 mengalami kerusakan pada sistem tekanan kabin, disertai peringatan mengenai tekanan kabin yang tidak normal," ujar Japan Airlines dalam pernyataan resminya kepada The Independent.
"Sesuai prosedur darurat, pesawat menurunkan ketinggian ke level aman. Penting untuk ditegaskan bahwa tidak terjadi dekompresi mendadak. Namun, karena ada potensi penurunan tekanan kabin, masker oksigen diturunkan sebagai langkah antisipasi. Proses penurunan ketinggian dilakukan sesuai protokol keselamatan standar untuk menjamin keselamatan penumpang dan awak pesawat."
Japan Airlines menyebutkan bahwa investigasi masih berlangsung untuk menentukan penyebab pasti gangguan tersebut. Tidak ada korban luka dilaporkan dalam insiden itu.
"Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai luka atau gangguan kesehatan pada penumpang maupun awak," kata Japan Airlines dalam pernyataan yang sama.
Maskapai juga telah memberikan kompensasi kepada para penumpang. Meskipun penerbangan dioperasikan oleh Japan Airlines, pesawat dan kru berasal dari Spring Japan melalui perjanjian sewa.
Media melaporkan bahwa situasi menegangkan terjadi di dalam kabin saat masker oksigen tiba-tiba keluar dari panel atas kepala.
Seorang penumpang yang diidentifikasi sebagai Wang, dalam wawancara dengan The Standard, menggambarkan ketakutan yang muncul ketika melihat awak kabin nyaris menangis.
Ia menyebut suasana dalam pesawat menjadi sunyi dan mencekam setelah masker oksigen turun.
Pihak Japan Airlines menyampaikan bahwa meskipun otoritas penerbangan tidak mengkategorikan insiden ini sebagai "insiden serius," pesawat tetap ditangguhkan dari jadwal penerbangan hingga penyelidikan selesai.
"Kami bekerja sama sepenuhnya dengan Dewan Keselamatan Transportasi dan sedang melakukan investigasi internal untuk mengetahui akar penyebab kerusakan sistem," kata pihak maskapai.
"Kami aktif berkoordinasi dengan otoritas terkait dan akan menerapkan langkah-langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang."
Peristiwa ini kembali menyoroti rekam jejak keselamatan Boeing 737, yang tercatat terlibat dalam sejumlah kecelakaan serius dalam dua dekade terakhir, termasuk tragedi China Eastern MU5735 dan insiden Jeju Air di Korea Selatan tahun lalu.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]