"Dengan menghina hal-hal suci Islam dan melanggar red line lebih dari satu setengah miliar Muslim dan semua pengikut agama-agama ilahi, Salman Rushdie telah mengekspose dirinya pada kemarahan orang-orang," sebutnya.
Rushdie harus hidup dalam persembunyian selama lebih dari 30 tahun setelah menerbitkan novel 'Ayat-ayat Setan' (The Satanic Verses) tahun 1988 silam, yang menuai protes keras umat Muslim karena dianggap tidak menghormati Nabi Muhammad SAW.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Tahun 1989 silam, pemimpin tertinggi Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menerbitkan fatwa yang menyerukan umat Muslim untuk membunuh Rushdie dan siapapun yang terlibat dalam penerbitan novel 'Ayat-ayat Setan' yang dianggap menista agama itu.
Sebuah yayasan di Iran bahkan menawarkan imbalan hingga US$ 3 juta untuk kepala Rushdie.
Dalam pernyataannya, Kanaani menambahkan bahwa Iran tidak 'memiliki informasi lainnya selain apa yang telah dilaporkan media-media Amerika'.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
"Barat mengecam tindakan penyerang dan sebaliknya, memuliakan tindakan penghina keyakinan Islam, merupakan sikap yang kontradiktif," cetus Kanaani.
Pelaku penikaman Rushdie yang diidentifikasi sebagai Hadi Matar (24) telah ditangkap polisi AS.
Matar juga telah dijerat dakwaan percobaan pembunuhan dan dihadirkan di hadapan pengadilan AS, di mana dia mengaku tidak bersalah.