WahanaNews.co | Presiden Prancis, Emmanuel Macron, langsung mengganti
ponsel dan nomor teleponnya, setelah media memberitakan gadget miliknya disadap
oleh perangkat pengintai atau spyware Pegasus besutan Israel. Perangkat ini
dikenal mampu menembus sistem keamanan ponsel yang kuat.
Baca Juga:
Begini cara Untuk Menyembunyikan Konten Pribadi di Ponsel
Juru bicara pemerintah Gabriel Attal sebelumnya mengumumkan
bahwa protokol keamanan, terutama yang melibatkan Macron, akan disesuaikan
mengingat laporan yang dibuat oleh sekelompok jurnalis global memecahkan cerita
tentang Pegasus yang konon digunakan oleh beberapa pemerintah untuk
memata-matai jurnalis, aktivis hak asasi manusia, advokat, pejabat asing, dan
bahkan kepala negara.
Attal lebih lanjut mencatat bahwa Macron merespons laporan
tentang teleponnya yang disadap "dengan sangat serius". Perdana
Menteri Prancis Jean Castex secara terpisah menyatakan bahwa Macron telah
memerintahkan serangkaian penyelidikan atas kasus dugaan penyalahgunaan spyware
Pegasus seperti dikutip dari
Surat kabar Prancis Le Monde menyebut Maroko berada di balik
dugaan serangan Pegasus di telepon Macron, mengingat bahwa pemerintahnya konon
mencoba menyadapnya pada tahun 2017. Pada saat itu, Maroko membantah tuduhan
itu. Mengomentari klaim baru tentang penyalahgunaan Pegasus, negara tersebut
menuntut agar bukti kuat yang membuktikan pelanggaran diberikan.
Baca Juga:
Waspada! 82% Serangan Phishing Kini Targetkan Ponsel, Ini Bahayanya
Macron bukan satu-satunya kepala negara yang ada dalam
daftar 50.000 kemungkinan target spyware. Nomor telepon Presiden Irak Barham
Salih, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Perdana Menteri Mesir Mostafa
Madbouly, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan banyak lagi politisi juga
ditemukan dalam daftar ditemukan secara kolektif oleh jurnalis investigasi.
Namun perancang spyware, perusahaan Israel NSO Group,
mengklaim bahwa alat itu dibuat dan digunakan semata-mata untuk tujuan
memata-matai penjahat dan teroris berbahaya. Mereka pun menolak bertanggung
jawab atas skandal tersebut dan menyalahkan pihak-pihak yang menggunakan
perangkatnya.
"Jika saya adalah produsen mobil dan sekarang Anda
mengambil mobil dan Anda mengemudi dalam keadaan mabuk dan Anda menabrak
seseorang, Anda tidak pergi ke pabrik mobil, Anda pergi ke pengemudinya,"
ujar juru bicara NSO Grup.