"Sekarang tidak masalah, sekarang tidak apa-apa kalau terinfeksi. Kita hanya akan merasa sakit selama dua hari," kata Jiang, yang berusia 30 tahun, kepada Reuters.
Sebagian masyarakat berangkat ke kampung halaman untuk mengenang para kerabat mereka yang telah tiada.
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
Bagi sebagian orang-orang seperti itu, rasa kehilangan kerabat bercampur dengan kemarahan atas apa yang mereka sebut sebagai kurangnya persiapan untuk melindungi para lansia yang rentan sebelum pembatasan COVID dinyatakan dicabut pada awal Desember.
Tingkat penularan di kota selatan, Guangzhou -- ibu kota provinsi terpadat di China, saat ini telah melewati 85 persen, menurut keterangan pejabat kesehatan setempat pada Rabu.
Di daerah-daerah yang lebih terpencil --jauh dari wabah perkotaan yang bergerak cepat, petugas medis pemerintah minggu ini mendatangi rumah demi rumah di beberapa desa terpencil untuk memvaksinasi lansia.
Baca Juga:
Negara Cina Jadi Konsumen Emas Terbesar di Dunia
Kantor berita resmi China, Xinhua, pada Selasa (17/1) menggambarkan langkah tersebut sebagai "upaya terakhir".
Klinik-klinik di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil saat ini dilengkapi dengan alat-alat pengatur oksigen. Kendaraan medis juga disiagakan di wilayah-wilayah berisiko.
Pihak berwenang pada Sabtu (14/1) mengonfirmasi bahwa ada lonjakan angka kematian.