WAHANANEWS.CO, Jakarta - Jepang tengah menghadapi gelombang panas yang datang lebih awal dari biasanya, dengan suhu melonjak tajam di berbagai wilayah.
Media South China Morning Post melaporkan bahwa empat lansia telah meninggal akibat serangan heatstroke dalam situasi cuaca ekstrem ini.
Baca Juga:
Kekalahan Terbesar di Kualifikasi, Kluivert Siap Evaluasi Serangan Timnas
Fenomena kenaikan suhu terjadi sejak Selasa (17/6/2025), saat suhu di Kota Kofu menyentuh angka 38,2°C—lebih dari 10°C di atas rata-rata pertengahan Juni.
Beberapa wilayah lain seperti Gunma dan Shizuoka mencatat suhu lebih dari 37°C, sementara Tokyo dan Osaka masing-masing mencatat suhu 34,8°C dan 33,4°C. Total ada 547 titik pengamatan di Jepang yang melaporkan suhu di atas 30°C.
Di ibu kota Tokyo saja, 169 orang dirawat karena gejala heatstroke pada Selasa, ditambah 57 orang lainnya pada Rabu (18/6/2025).
Baca Juga:
Wamendag Roro Dorong Pemanfaatan Peluang Produk Sarang Burung Walet Indonesia di Pasar Jepang
Badan Meteorologi Jepang (JMA) memprediksi suhu tinggi akan terus berlangsung hingga akhir pekan.
Profesor Yukiko Imada dari Universitas Tokyo menyatakan bahwa kondisi ini sangat jarang terjadi.
“Untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai, lebih dari 150 lokasi mengalami suhu ekstrem di atas 35 derajat pada pertengahan Juni. Yang juga tidak biasa adalah menghilangnya baiu front atau front musim hujan, padahal kita masih berada di musim hujan,” ujarnya.
Imada menjelaskan, perluasan sistem tekanan tinggi dari Samudra Pasifik menjadi pemicu utama suhu ekstrem ini. Biasanya, sistem ini baru menjangkau Jepang pada bulan Juli atau Agustus.
Prakiraan cuaca tiga bulanan dari JMA juga menunjukkan suhu cenderung tetap di atas normal.
Dalam beberapa hari terakhir, JMA mengeluarkan peringatan heatstroke di banyak wilayah Jepang.
Berdasarkan indeks stres panas, seluruh 48 kota besar di Jepang tidak termasuk dalam kategori “aman”. Satu kota dinilai membutuhkan kewaspadaan ekstra dengan imbauan minum cukup air.
Sebanyak 15 kota mengimbau warganya untuk sering istirahat saat beraktivitas di luar, sementara di 32 kota lainnya, aktivitas fisik berat seperti olahraga dilarang sementara.
JMA pun mengedarkan panduan pencegahan heatstroke: tetap terhidrasi, berteduh jika berada di luar ruangan, menghindari kerja fisik berat, serta memantau kondisi warga lanjut usia di lingkungan sekitar.
Imbauan juga diberikan agar masyarakat tidak ragu menyalakan pendingin ruangan, meski tagihan listrik mungkin meningkat.
Profesor Imada menyebut bahwa studi masih terus dilakukan untuk memahami anomali gelombang panas tahun ini secara lebih dalam.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]