WahanaNews.co | Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menuai
kecaman.
Pasalnya, AS tak memberikan hukuman
atau sanksi kepada putra Raja Salman, sang Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).
Baca Juga:
Putra Mahkota Arab Saudi Akui Pembunuhan Khashoggi sebagai Kesalahan
Semua itu terkait
kematian Jamal Khashoggi, seorang kolumnis Washington
Post, warga negara Arab Saudi, yang tewas di Istambul pada 2018.
MBS, dalam
laporan CIA, disebut memiliki peran penting, merestui, bahkan menjadi dalang dari pembunuhan itu.
Menurut pengamat, dikutip dari CNBC International, hal ini terjadi
karena Biden melihat dukungan Arab Saudi merupakan "harta" dalam agendanya di Timur Tengah (Timteng).
Baca Juga:
Raja Salman Ngumpet di Istana Gurun Arab Saudi 482 Hari, Ngapain?
Menurut Presiden dan CEO Dewan
Atlantik, Frederick Kempe, tak akan ada yang bisa dilakukan AS
tanpa Riyadh.
"Jika Anda ingin menahan Iran,
jika Anda ingin membangun dampak positif dari normalisasi Arab-Israel melalui
Abraham Accords, jika Anda ingin membawa perdamaian ke Suriah dan Yaman, hampir
tidak ada yang bisa Anda lakukan di Timur Tengah (tanpa Arab Saudi)," kata
pengamat itu, Selasa (2/3/2021).
"Jangan lupa soal mengendalikan
harga minyak. Sehingga Anda benar-benar dapat memiliki harga yang stabil untuk
transisi energi ke energi terbarukan. Tidak ada yang dapat dilakukan tanpa Arab
Saudi, jadi bagaimana Anda menerapkan kebijakan hak asasi manusia Anda?" katanya.
Sebelumnya, ketika
berkampanye di 2020, Biden sempat berjanji, AS akan
menjadikan Arab Saudi bertanggung jawab atas masalah hak asasi manusia (HAM).
Persoalan HAM Arab Saudi banyak
dikritik ketika Donald Trump berkuasa, karena penguasa di negeri itu dianggap terlalu mengabaikannya.
Sebenarnya, Biden sudah memberlakukan
hukuman bagi 76 pejabat Saudi yang dianggap terlibat dalam pembunuhan
Khashoggi itu. Namun, MBS diluputkan dari sasaran.
Melansir Reuters, pelapor khusus PBB tentang eksekusi Khashoggi, Agnes
Callamard, menyebut langkah AS sebagai "mengecewakan". Bahkan, menurutnya, sangat berbahaya.
"Sangat problematis menurut saya...
untuk mengakui kesalahan seseorang dan kemudian mengatakan bahwa 'tetapi kami tidak akan melakukan apa-apa (ke
seseorang tersebut), silakan lanjutkan
seolah-olah kami tidak mengatakan apa-apa'," katanya, dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, Swiss.
"Bagi saya, itu adalah langkah yang sangat berbahaya di pihak AS," imbuhnya.
Diketahui, dari konferensi pers yang dilakukan
Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki, Biden akhirnya memutuskan
tak akan memberikan sanksi sebagaimana yang diharapkan sejumlah pihak.
Alasannya, secara historis, memang sanksi tak pernah diberikan ke pemimpin negara di mana AS
memiliki hubungan diplomatik.
"Ada banyak hal yang pemerintah AS bisa melakukannya. Satu hal yang tidak dapat dilakukan adalah diam
dan tidak mengambil tindakan atas temuan mereka," kata Callamard lagi.
Opini pedas juga datang dari penulis Washington Post, Fred Ryan.
Ia menulis, langkah
pemerintahan Biden seolah memberi izin pada "satu
pembunuhan gratis".
"Tampaknya seolah-olah di bawah
pemerintahan Biden, para lalim yang menawarkan nilai strategis sesaat ke AS
mungkin akan diberikan izin membunuh secara gratis," tulisnya, dikutip AFP.
Hal senada juga datang dari kolumnis
New York, Robin Wright. Ia menuding Biden telah mengkhianati
janjinya untuk membela HAM.
"Biden tidak melakukan apa pun
untuk menghukum (Putra Mahkota MBS)," ujarnya.
Sementara itu, tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, meminta MBS dihukum.
Ia merupakan pelapor utama kasus
Khashoggi, karena pertemuan terakhir dirinya dengan pria
tersebut sebelum tewas terjadi di Konsulat Arab Saudi di Istambul.
"Sangat penting bahwa Putra Mahkota yang memerintahkan pembunuhan brutal
terhadap orang yang tidak bersalah, dan itu harus dihukum tanpa penundaan,"
kata Cengiz, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun Twitter resminya.
Khashoggi (59), kritikus keluarga Kerajaan Saudi, pergi ke Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober
2018.
Ia diketahui tidak pernah muncul
kembali setelah masuk ke gedung itu.
Ia dinyatakan dibunuh di gedung itu
dengan cara mutilasi. Dan, hingga hari ini, jasadnya tidak
pernah ditemukan. [qnt]