WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengkritik rivalitas kawasan Indo-Pasifik sebagai mentalitas perang dingin yang tidak membawa manfaat.
Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, mengatakan, dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi East Asia Summit, Presiden Jokowi mendorong seluruh pihak untuk memperkuat kerjasama konkret untuk mewujudkan kawasan yang aman, stabil, dan sejahtera.
Baca Juga:
Presiden Prabowo dan Sekjen PBB António Guterres Bahas Sejumlah Isu Strategis dalam Pertemuan Bilateral di Brasil
Sejumlah negara mitra juga mengkhawatirkan aliansi dan perkembangan geopolitik akan meningkatkan perlombaan senjata.
“Negara mitra juga sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Laut Cina Selatan (LCS), Laut Cina Timur, dan Semenanjung Korea secara damai,” ujarnya, dalam konferensi pers, Kamis (28/10/2021).
Mahendra melanjutkan, meskipun pemerintahan di regional sepakat untuk menghormati UNCLOS dan kebebasan navigasi di kasus LCS, ada perbedaan penekanan dalam konflik di wilayah itu.
Baca Juga:
RI-Selandia Baru Tegaskan Komitmen untuk Tingkatkan Kerja Sama Kedua Negara
Ini misalnya penekanan terhadap hasil arbitrase LCS 2016 dan penekanan isu hak asasi manusia, terutama di kawasan Hong Kong, Tibet, Xinjiang, dan Selat Taiwan.
Sementara itu, dalam KTT ASEAN-Rusia, Presiden kembali menekankan kekhawatirannya soal persaingan di Indo Pasifik dan perebutan pengaruh yang semakin tajam.
Tren ini akan mengarah pada perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan yang membuka peluang terjadinya proxy.
“Kemitraan Asean-Rusia harus menjadi penyangga stabilitas di kawasan,” ujar Mahendra.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menegaskan pentingnya penguatan kerjasama Asean-Rusia untuk menciptakan stabilitas kawasan.
Rusia berharap Asia Pasifik menerapkan prinsip transparansi, inklusif, kedaulatan dan integritas teritorial.
Putin menilai, perkembangan aliansi di kawasan akan mengganggu stabilitas.
“Rusia mendukung negosiasi antara ASEAN dan Cina untuk membuat code of conduct di LCS dan mendukung peran ASEAN dalam persoalan di Myanmar,” ujar Mahendra. [qnt]