WahanaNews.co, Jakarta - Kain Ulos Batak disukai dunia karena bukan hanya sebagai produk tekstil, tetapi juga sebagai warisan budaya yang memancarkan keindahan, kearifan lokal, dan identitas etnik yang kaya.
Hal ini menjadikan kain Ulos sebagai salah satu simbol kebanggaan budaya Indonesia yang dihargai dan diakui secara global, sebagaimana dilakukan desainer senior Merdi Sihombing, yang kembali menorehkan sejarah di kancah global.
Baca Juga:
Arnod Sihite Dilantik Ketua Umum PTSBS Periode 2024-2029: Ini Daftar Lengkap Pengurusnya
Pria berdarah Batak ini mengangkat busana modern yang terbuat dari kain Ulos Sitolu Huta di Indigenous Fashion Arts Festival 2024 di Toronto, Kanada, pada 2 Juni 2024 lalu.
Festival ini merupakan ajang prestisius bagi seniman dan desainer adat dari berbagai belahan dunia.
Dalam rancangannya, Merdi menggunakan kain Ulos Sitolu Huta yang merupakan warisan budaya dari Desa Sitolu Huta, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Baca Juga:
Arnod Sihite Resmi Pimpin Parsadaan Toga Sihite Boru Sedunia, Fokus Lestarikan Budaya Batak pada Generasi Muda
Untuk acara tersebut, Merdi menciptakan beberapa busana yang dipakai oleh model pria dan wanita. Busana-busana ini memiliki beragam pola geometris yang mencerminkan unsur-unsur alam serta figur-figur bergaya yang menggambarkan pahlawan legendaris.
Dalam hal warna, Merdi menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan, menghasilkan warna-warna yang alami yang menyatu dengan tenunan yang rumit, menciptakan harmoni visual yang memukau.
Koleksi Ulos Sitolu Huta ini juga menggambarkan kekompleksan seni ulos, dengan tekstil tradisional hasil tenunan tangan yang memiliki makna mendalam dalam budaya Batak.
Setiap motif pada busana ini membawa cerita tentang kebijaksanaan nenek moyang, ikatan komunitas, dan berkah spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi.
”Saat koleksi Ulos Sitolu Huta menghiasi runway di seluruh dunia, ia membawa semangat Pulau Samosir, mengingatkan kita akan keindahan dan ketahanan yang ditemukan dalam merangkul akar kita,” kata Merdi Sihombing dalam keterangannya, dikutip Jumat (14/6/2024).
Menurut Merdi, karya ini menunjukkan kekuatan transformative fashion, yang tidak hanya berperan dalam mempercantik tubuh tetapi juga dalam mengangkat semangat dan menghubungkan kita dengan warisan budaya nenek moyang.
Terlebih, ulos Batak bukan hanya sekadar kain biasa, melainkan memiliki nilai simbolik yang mendalam dalam budaya Batak.
Setiap motif dan pola pada kain Ulos memiliki makna filosofis, menceritakan tentang kebijaksanaan leluhur, nilai-nilai kehidupan, serta ikatan sosial dan spiritual dalam masyarakat Batak.
Ulos Batak juga dikenal dengan teknik tenunnya yang rumit dan memakan waktu. Proses pembuatannya dilakukan secara tradisional dengan menggunakan alat tenun manual, serta pewarnaan alami yang berasal dari tumbuhan.
Hasilnya adalah kain dengan corak geometris yang indah dan warna-warna alami yang kaya.
“Bagi saya, fashion adalah sarana yang sangat kuat untuk mengekspresikan budaya dan menceritakan kisah. Melalui karya-karya saya, saya berupaya untuk menjaga dan merayakan keindahan warisan kita sambil mendorong batas-batas kreativitas,” tutur Merdi.
Merdi dikenal sebagai seorang desainer yang aktif dalam mempromosikan budaya Indonesia, terutama kebudayaan suku Batak, dalam setiap rancangan busana modernnya. Dia juga sering memperjuangkan fashion yang ramah lingkungan dan inovatif.
Selain tampil di Indigenous Fashion Arts Festival 2024, Merdi sebelumnya telah menampilkan koleksi kain Ulos-nya di New York Fashion Week 2023.
[Redaktur: Elsya TA]