WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yaoundé yang merangkap wilayah kerja Kamerun dan Republik Kongo menemukan sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja tanpa memiliki kontrak kerja tertulis.
Temuan tersebut diperoleh melalui dialog langsung dengan PMI dalam program Safari Outreach yang dilaksanakan KBRI Yaoundé di Republik Kongo pada 30 November hingga 5 Desember 2025.
Baca Juga:
Di Balik Kamuflase MUA Dea Lipa, Tersimpan Trauma Masa Kecil Korban Bully
Selama hampir satu pekan, tim KBRI Yaoundé melakukan kunjungan ke sejumlah wilayah di bagian selatan Republik Kongo.
Rute Safari Outreach dimulai dari ibu kota Brazzaville, kemudian berlanjut ke kota pelabuhan Pointe-Noire, serta kawasan pusat industri kayu di Dolisie dan Mila-Mila.
Kegiatan ini bertujuan untuk menjangkau sekitar 200 PMI yang bekerja di berbagai sektor, mulai dari perkayuan, pariwisata, konstruksi, hingga minyak dan gas (migas).
Baca Juga:
Pemotor Remaja Tewas Digilas Bus Biskita Kota Depok
Informasi tersebut disampaikan oleh Sekretaris Kedua KBRI Yaoundé, Anindita Aji Pratama, sebagaimana dilansir dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Berdasarkan hasil dialog yang dilakukan di lapangan, Anindita mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen PMI diketahui bekerja tanpa kontrak tertulis.
Kondisi tersebut dinilai berisiko karena dapat menempatkan PMI dalam posisi rentan apabila terjadi permasalahan ketenagakerjaan atau sengketa dengan pemberi kerja.
“Pentingnya bekerja dengan kontrak tertulis dan ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan, agar mendapat perlindungan dalam bekerja,” ujarnya.
Safari Outreach juga mendapat respons positif dari para PMI. Salah satunya datang dari Emy, PMI yang bekerja sebagai terapis di Brazzaville.
Dalam pertemuan tersebut, Emy menyatakan ketertarikannya untuk mengikuti program perlindungan yang disosialisasikan dan menyampaikan akan segera melakukan pendaftaran.
Tak hanya menyasar pekerja, Safari Outreach turut mendorong terjadinya perbaikan nyata di tingkat pemberi kerja.
Sejumlah perusahaan menyatakan komitmennya untuk mulai menyediakan kontrak kerja tertulis bagi PMI.
Selain itu, KBRI Yaoundé juga mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjadi mitra terverifikasi KBRI, sebagai dasar pengelolaan PMI yang mengedepankan prinsip tata kelola yang baik.
Apresiasi juga disampaikan oleh PMI yang bekerja di wilayah pedalaman. Salah satunya Yuditomo, PMI yang bekerja di kawasan Mila-Mila, sekitar 200 kilometer dari Pointe-Noire.
Ia mengaku senang dan terharu atas kunjungan langsung KBRI Yaoundé ke lokasi kerjanya.
Kehadiran perwakilan negara, ditambah bantuan berupa mi instan dan kudapan khas Indonesia, menjadi pengobat rindu para PMI terhadap tanah air.
“Kami senang karena sudah hampir sepuluh tahun. Dan, baru kali ini ada kunjungan dari KBRI,” ucapnya.
Dalam rangkaian dialog Safari Outreach, para PMI juga menyampaikan berbagai aspirasi secara terbuka, khususnya terkait layanan kekonsuleran, keimigrasian, serta persoalan yang berkaitan dengan hubungan industrial.
Pada kesempatan tersebut, Duta Besar RI untuk Kamerun dan Republik Kongo, Agung Cahaya Sumirat, turut menyapa para PMI secara virtual.
Ia memberikan motivasi agar para PMI tetap semangat bekerja demi masa depan yang lebih baik, sekaligus menegaskan komitmen negara untuk terus hadir, melayani, dan melindungi Warga Negara Indonesia (WNI) di kawasan Afrika Tengah.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]