WahanaNew.co, Moskow – Dalam rangka hari berkabung setelah ratusan orang tewas akibat penembakan dengan senjata otomatis saat konser musik rock di luar Moscow, Pemerintah Rusia mengibarkan bendera setengah tiang.
Peristiwa ini menjadi serangan paling mematikan di Rusia selama dua dekade terakhir.
Baca Juga:
Setelah Serangan Iran ke Israel, Pertamina Jamin Stabilitas Harga BBM
Melansir dari Reuters, Presiden Rusia, Vladimir Putin mendeklarasikan hari berkabung nasional setelah berjanji untuk melacak dan menghukum seluruh pelaku di balik tewasnya 133 orang, termasuk tiga anak-anak dan lebih 150 orang terluka.
"Saya menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan tulus kepada semua orang yang kehilangan orang yang mereka cintai," kata Putin dalam pidatonya, dikutip Minggu (24/3/2024) melansir CNBC Indonesia.
Adapun dilaporkan, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Jumat tersebut. Namun, Putin belum secara terbuka menyebutkan kelompok militan tersebut terkait dengan para penyerang yang menurutnya berusaha melarikan diri ke Ukraina.
Baca Juga:
Potensi Konflik Panas Iran-Israel, Kemlu RI Siapkan Rencana Darurat Untuk WNI
Putin menegaskan bahwa beberapa pihak di "pihak Ukraina" telah bersiap untuk menyerang mereka dengan melintasi perbatasan.
Sementara itu, Ukraina telah berulang kali membantah terlibat dalam serangan tersebut dan Putin juga menyalahkan "terorisme internasional".
Berkaitan dengan "konser berdarah" itu, masyarakat meletakkan bunga di Balai Kota Crocus yang menjadi arena konser dengan kapasitas 6.200 kursi.
Arena tersebut menjadi tempat empat pelaku laki-laki bersenjata menyerbu masuk tepat sebelum band rock era Soviet, Picnic, membawakan lagu "Afraid of Nothing", Jumat (22/3/2024).
Dilaporkan, para pelaku menembak dengan senjata otomatis "dalam waktu singkat" ke arah warga sipil.
Penembakan tersebut menjadi serangan paling mematikan di Rusia sejak pengepungan sekolah Beslan pada 2004, yakni saat militan Islam menyandera lebih dari 1.000 orang, termasuk ratusan anak-anak.
Putin mengatakan bahwa 11 orang telah ditahan, termasuk empat laki-laki bersenjata yang melarikan diri dari gedung konser dan menuju wilayah Bryansk, sekitar 340 km barat daya Moskow.
"Mereka mencoba bersembunyi dan bergerak menuju Ukraina. Menurut data awal, sebuah jendela telah disiapkan bagi mereka di sisi Ukraina untuk melintasi perbatasan negara," kata Putin.
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu mempunyai kontak di Ukraina dan ditangkap di dekat perbatasan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy mengatakan bahwa upaya untuk mengalihkan kesalahan adalah hal yang biasa dilakukan Putin dan "penjahat lain".
Dalam rekaman video yang dipublikasikan oleh media Rusia dan saluran Telegram yang memiliki hubungan dekat dengan Kremlin, salah satu tersangka mengaku ditawari uang untuk melakukan serangan tersebut.
"Saya menembak orang," ujar tersangka dengan tangan terikat dan rambutnya dijambak oleh seorang interogator. Tersangka itu berkata dalam bahasa Rusia "yang buruk dan beraksen tinggi".
"Demi uang." katanya ketika ditanya alasan. Laki-laki itu mengaku bahwa dia telah dijanjikan setengah juta ruble atau sekitar Rp85,82 juta (asumsi kurs Rp171,64/ruble).
Sementara itu, menurut kantor berita Amaq, ISIS atau kelompok Islam yang pernah berusaha menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
[Redaktur: Alpredo Gultom]