WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah insiden teknis nyaris menggagalkan misi udara militer Israel di jantung Iran.
Di tengah intensitas Perang 12 Hari antara Israel dan Iran bulan lalu, sebuah jet tempur F-15 Israel mengalami kerusakan sistem tangki bahan bakar saat berada jauh di dalam wilayah Iran.
Baca Juga:
Nyaris Tabrakan di Udara, Jepang Desak China Akhiri Penerbangan Agresif
Laporan ini diungkap oleh Channel 12 dan menjadi sorotan media pada Sabtu lalu.
Channel 12 mengungkapkan, pilot jet tempur menyadari adanya malfungsi pada tangki bahan bakar ketika misi telah berjalan dan posisinya sudah jauh melintasi perbatasan Iran.
Situasi darurat itu langsung dilaporkan kepada satuan komando dan memicu serangkaian rencana kontingensi.
Baca Juga:
Tanpa Deklarasi, Arab Saudi Bantu Cegat Drone Iran Menuju Israel
Karena jet tempur tersebut tidak didampingi pesawat pengisi bahan bakar udara dalam misi tersebut, satuan Israel segera mengirimkan pesawat pengisian bahan bakar untuk menolongnya.
Opsi kedua juga disiapkan: melakukan pendaratan darurat di negara tetangga jika bantuan tak tiba tepat waktu, guna menghindari skenario buruk berupa pendaratan darurat di wilayah Republik Islam Iran.
Meski tidak disebutkan negara mana yang disiapkan sebagai lokasi alternatif, laporan menyebutkan bahwa pesawat tanker akhirnya tiba tepat waktu dan sukses menyuplai bahan bakar, sehingga jet tempur tersebut dapat menyelesaikan misinya tanpa hambatan lebih lanjut.
Channel 12 juga melaporkan bahwa sebelum operasi militer besar dimulai pada 13 Juni, komandan Angkatan Udara Israel, Tomer Bar, memperkirakan 10 jet tempur Israel bisa saja ditembak jatuh dalam 72 jam pertama perang.
Namun kenyataannya, tidak ada satu pun jet tempur Israel yang jatuh selama konflik tersebut.
Hal ini sekaligus membantah klaim media pemerintah Iran yang menyatakan pasukan mereka telah menembak jatuh jet Israel dan menangkap pilotnya.
Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel untuk media Arab, menyebut klaim itu "palsu dan tidak berdasar sama sekali".
Israel menyatakan serangan terhadap target militer Iran, ilmuwan nuklir, fasilitas pengayaan uranium, dan infrastruktur rudal balistik sebagai langkah penting untuk menggagalkan ancaman dari Republik Islam Iran.
Di sisi lain, Iran menegaskan bahwa program nuklirnya tidak bertujuan untuk membuat senjata, meski diketahui memperkaya uranium pada tingkat tinggi, menolak inspeksi internasional, dan terus memperkuat program rudalnya.
Sebagai respons atas serangan Israel, Iran meluncurkan lebih dari 500 rudal balistik dan sekitar 1.100 drone ke wilayah Israel.
Serangan tersebut menyebabkan 28 warga tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka, serta kerusakan besar pada ribuan bangunan dan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan universitas.
Akibatnya, lebih dari 13.000 warga Israel terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka. Konflik ini meninggalkan dampak besar tidak hanya secara militer, tetapi juga kemanusiaan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]