WahanaNews.co | Guna memperkuat TNI AU dari segala ancaman baik konfrontasi China maupun hal lain yang mungkin merongrong kedaulatan NKRI, Indonesia tinggal menunggu waktu mendatangkan jet tempur Rafale Prancis.
dari Antara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebutkan pengadaan pesawat tempur generasi 4,5, yakni Dassault Rafale buatan Perancis tinggal menunggu kontrak.
Baca Juga:
Ini Penjelasan Tetangga Kos Wanita yang Diduga Dibunuh Dikamar Kos di Kota Jambi
"Rafale sudah agak maju. Saya kira tinggal mengaktifkan kontrak saja," kata Prabowo di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis, 20 Januari 2022.
Tak hanya Rafale, TNI AU juga rupanya akan diperkuat dengan jet tempur F-15 EX Amerika Serikat (AS).
Berbeda dengan Rafale, untuk pengadaan pesawat tempur F-15 EX buatan Amerika Serikat masih dalam tahap negosiasi.
Baca Juga:
PUPR Tuntaskan Pembangunan Jalan Teluk Buton-Klarik di Natuna
"F-15 kita masih dalam tahap negosiasi," kata Prabowo.
Pemerintah Indonesia berencana membeli 36 pesawat Dassault Rafale.
Langkah Indonesia mempersenjatai TNI AU dengan Rafale dan F-15 EX rupanya menjadi sorotan dunia.
Lewat artikel berjudul "Rafale, F-15EX, BrahMos – Indonesia Tampak Tahan Agresi Militer China Dengan Dukungan Demokrasi Indo-Pasifik", media asing tersebut menyoroti langkah sigap Indonesia membeli sejumlah alutsista.
"Wakil Presiden AS Kamala Harris mengunjungi Indonesia pada Agustus tahun lalu, diikuti oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada pertengahan Desember. Keberatan China Terhadap Pengeboran Indonesia
Kunjungan ini perlu dilihat dalam konteks pengungkapan publik untuk pertama kalinya pada Desember 2021 bahwa China telah membuat 'permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya melalui surat awal tahun ini' meminta Indonesia untuk menghentikan pengeboran minyak dan gas alam di laut lepas pantainya. Kepulauan Natuna, yang di Indonesia dikenal sebagai Laut Natuna Utara.
Perairan ini termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, berbatasan dengan ZEE Malaysia dan Vietnam tetapi berjarak 2000 kilometer dari wilayah Cina terdekat pulau Hainan.
Kesucian ZEE disorot oleh putusan Pengadilan Arbitrase Permanen 2016 dalam kasus yang diajukan oleh Filipina terhadap China atas hak di Laut China Selatan berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Namun Cina tidak terkesan. Ia menentang hak kedaulatan Indonesia atas wilayahnya dengan mengatakan bahwa jalur air itu berada dalam klaim teritorialnya yang luas di Laut Cina Selatan yang ditandai dengan “sembilan garis putus-putus” berbentuk U, sebuah batas yang ditemukan tidak memiliki dasar hukum oleh Permanen Pengadilan Arbitrase.
Tentu saja, Indonesia tidak menghentikan pengeboran, pekerjaan yang diberikan kepada Noble Clyde Boundreax pada 30 Juni 2021, dan selesai pada 19 November.
Namun empat setengah bulan itu, kapal China dan Indonesia saling membayangi di sekitar ladang minyak dan gas, sering datang dalam jarak 1 mil laut satu sama lain," tulis Eurasian Times.
Indonesia, seperti tetangganya di Asia Tenggara lainnya, selalu menjaga profil publik yang rendah sehubungan dengan persaingan AS-China. Kedua, China adalah mitra dagang terbesar Indonesia dan sumber utama investasi.
Etnis Tionghoa juga merupakan pemain bisnis utama di negara terbesar di Asia Tenggara.
Namun, dengan perilaku China yang semakin berani di Natuna, Presiden Indonesia Joko Widodo tampaknya telah memutuskan untuk proaktif secara diplomatis maupun militer.
Dia sekarang telah mengundang pejabat yang bertanggung jawab atas keamanan maritim dari lima negara lain di ASEAN bertemu untuk membahas bagaimana menanggapi ketegasan China di Laut China Selatan.
Indonesia Tingkatkan Infrastruktur Militer
Dengan sendirinya, Indonesia sedang mempersiapkan diri secara militer untuk segala kemungkinan di dan sekitar Natuna, mencurigai bahwa China sedang menjajaki peluang untuk merebut kendali efektif atas pulau-pulau tersebut.
Militer Indonesia sedang memperpanjang landasan pacu pangkalan udara agar pesawat tambahan dapat dikerahkan, bersama dengan pembangunan pangkalan kapal selam juga," lanjut Eurasian Times dalam artikel tersebut.
Tak hanya itu, media Prancis Avions Legendaires juga menyebut langkah Indonesia menduetkan Rafale Prancis dan F-15 EX AS sebagai bagian dari upaya untuk menjegal kebangkitan China.
"Indonesia bermaksud untuk menyelaraskan dua model pesawat tempur (F-15 dan Rafale) untuk menjaga dari kebangkitan kekuatan China di kawasan itu (Natuna Utara)," lapor avionslegendaires.net. [qnt]