WAHANANEWS.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Arab Saudi resmi menandatangani kesepakatan penjualan senjata terbesar dalam sejarah modern, dengan nilai fantastis mencapai US$142 miliar atau setara Rp2.353 triliun.
Dalam pernyataan resmi Gedung Putih pada Selasa (13/5/2025), disebutkan bahwa Washington dan Riyadh akan memperkuat kolaborasi strategis di sektor pertahanan.
Baca Juga:
Su-57 hingga J-10: Adu Jet Tempur Paling Mematikan dan Termahal Sedunia
Lewat perjanjian ini, Arab Saudi akan mendapat akses eksklusif ke sejumlah perusahaan pertahanan utama AS.
“Kesepakatan pertahanan terbesar sepanjang sejarah ini menjadi bukti nyata dari komitmen kami dalam memperkuat kemitraan strategis,” tulis Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Kerja sama ini mencakup akses Saudi ke berbagai bidang militer seperti sistem pertahanan udara dan rudal, kekuatan udara dan ruang angkasa, hingga keamanan maritim.
Baca Juga:
Trump Bela Diri Soal Hadiah Jet Mewah Qatar: Bodoh Jika Menolak!
Menurut laporan Reuters, salah satu perusahaan raksasa pertahanan AS, Lockheed Martin Corp, disebut akan menyuplai berbagai perlengkapan seperti pesawat angkut militer, rudal, hingga C-130 sebagai bagian dari kesepakatan besar ini.
Namun, rincian kuantitatif dari seluruh transaksi belum sepenuhnya diungkap.
Arab Saudi sendiri telah lama menjadi pelanggan utama industri senjata AS. Pada 2017, Presiden Donald Trump pernah mengusulkan paket penjualan senjata senilai US$110 miliar, meski hanya sebagian kecil dari jumlah itu yang terealisasi.
Kesepakatan ini juga muncul setelah sejumlah upaya sebelumnya mengalami hambatan, seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Joe Biden yang mencoba mengaitkan kerja sama pertahanan ini dengan upaya normalisasi diplomatik Saudi-Israel.
Salah satu penyebab mandeknya rencana tersebut adalah operasi militer Saudi di Yaman.
Menariknya, dalam kesepakatan terbaru ini tidak disebutkan apakah Saudi akan diizinkan membeli jet tempur siluman F-35 Lockheed, salah satu alutsista paling canggih dan diincar Riyadh.
Sumber diplomatik menyebut, pembicaraan soal potensi pembelian F-35 memang berlangsung, tetapi belum ada keputusan akhir dari Washington.
Jika disetujui, Saudi akan menjadi negara kedua di Timur Tengah, setelah Israel, yang mengoperasikan jet tempur generasi kelima tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]