WahanaNews.co | Film pertama produksi Netflix dengan genre Arab yang berjudul Ashab Wala A’azz menuai kritik dari masyarakat Mesir.
Pasalnya, film mengangkat soal homoseksual dan seks di luar nikah.
Kontroversi tersebut telah memicu kembali perdebatan soal kebebasan artistik versus kepekaan sosial dan agama di daerah tersebut.
Baca Juga:
Pangeran Harry Garap Serial Netflix Olahraga Polo di Florida
Melansir AP, kemarin, film yang berjudul Ashab Wala A'azz yang berarti No Dearer Friends, merupakan versi bahasa Arab dari film Italia populer Perfect Strangers.
Film tersebut menceritakan tentang tujuh teman di pesta makan malam yang berujung keributan. Keributan terjadi setelah nyonya rumah menyarankan sebuah permainan dimana mereka harus berbagi segala panggilan, teks, dan pesan suara.
Alhasil, banyak rahasia dan perselingkuhan terungkap serta hubungan antar karakter diuji dari ponsel mereka. Film itu sebenarnya sudah banyak di-remake oleh industri film negara lain.
Baca Juga:
Ruy Iskandar, Aktor Berdarah Betawi Main di Series Avatar: The Last Airbender
Banyak yang mengecam film tersebut sebagai ancaman terhadap nilai-nilai keluarga dan agama, mendorong homoseksualitas dan tidak layak untuk masyarakat Arab.
Sedangkan beberapa pihak pembela film tersebut, mengatakan para pencela tidak mau mengakui apa yang terjadi dibalik pintu tertutup di kehidupan nyata. Mereka yang tidak suka filmnya, menurut mereka, bebas untuk tidak berlangganan Netflix atau melewatkan filmnya begitu saja.
Satu hal yang ironis adalah bahwa Netflix di Timur Tengah pun menyediakan banyak film dan serial non-Arab yang menampilkan karakter gay secara positif, seks pranikah dan di luar nikah dan bahkan ketelanjangan, hal yang dilarang tayang di bioskop di wilayah tersebut, dengan sedikit protes.
Tetapi melihat tema-tema itu diangkat dalam film berbahasa Arab dengan aktor-aktor Arab sepertinya tidak bisa diterima oleh masyarakat Mesir.
Meski film itu sendiri tidak menampilkan ketelanjangan dan sebagian besar berisi satu setengah jam orang berbincang-bincang di sekitar meja makan.
"Saya pikir jika itu adalah film asing, saya akan baik-baik saja. Tetapi karena ini film Arab, saya tidak menerimanya," kata Elham, seorang warga Mesir yang meminta nama belakangnya dirahasiakan karena sensitivitas topik.
"Kami tidak menerima gagasan homoseksualitas atau hubungan intim sebelum menikah di masyarakat kami, jadi yang terjadi adalah kejutan budaya," jelasnya.
Homoseksualitas masih dianggap sangat tabu di Mesir. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2013 lalu menemukan bahwa 95 persen di negara itu mengatakan LGBT harus ditolak oleh masyarakat. Sedangkan di Lebanon, jumlah itu mencapai 80 persen pada saat itu.
Di Lebanon, film tersebut menerima lebih diterima oleh masyarakat daripada di Mesir dan menerima banyak ulasan positif. Fans mengatakan itu membahas topik yang berhubungan jauh dari stereotip yang biasanya melekat pada karakter gay atau pasangan selingkuh di layar.
Pemeran film Ashab Wala A'azz, sendiri berlatar di Lebanon. Sebagian besar pemerannya merupakan bintang-bintang Lebanon terkemuka
"Besar sekali kebencian dunia Arab terhadap kebenaran," Rabih Farran, seorang jurnalis Lebanon, mengatakan dalam sebuah tweet, merujuk pada reaksi tersebut.
Di Mesir, kebanyakan kehebohan terfokus pada satu-satunya aktris Mesir dalam film tersebut, yakni Mona Zaki.
Ia merupakan salah satu bintang terbesar di negara itu. Karakternya terlihat melepaskan celana dalamnya, sebuah gerakan yang dikecam oleh banyak kritikus sebagai skandal.
Di media sosial, beberapa orang menyerangnya karena berpartisipasi dalam film tersebut. Pelecehan online meluas ke aktor dan aktris yang mendukungnya atau memuji penampilannya.
Beberapa mengkritik suaminya di kehidupan nyata, seorang bintang film Mesir dengan haknya sendiri, karena "mengizinkan" dia memainkan peran itu.
Sindikat aktor Mesir secara terbuka mendukung Zaki, dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima pelecehan verbal atau intimidasi terhadap aktor atas pekerjaan mereka.
Dikatakan bahwa kebebasan berkreasi dilindungi dan dipertahankan oleh sindikat itu, sambil menambahkan bahwa mereka juga berkomitmen pada nilai-nilai masyarakat Mesir.
Associated Press telah menghubungi Netflix untuk mengomentari kontroversi tersebut namun tidak menerima respons. [bay]