WahanaNews.co | Jerman segera mengirimkan bantuan berupa rumah sakit lapangan ke Ukraina. Hal itu sebagaimana diungkapkan Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht, Sabtu (22/1/2022).
Untuk sementara ini pihaknya kembali menolak seruan Kiev mengirimkan bantuan berupa senjata karena adanya kekhawatiran invasi Rusia.
Baca Juga:
Aksi Teror Maut di Moskow Tewaskan 40 Orang
"Berlin mengirimkan respirator ke Ukraina dan tentara Ukraina yang terluka parah saat ini dirawat di rumah sakit Bundeswehr," kata Menteri Lambrecht, kepada surat kabar Welt am Sonntag.
"Bulan Februari, satu rumah sakit lapangan lengkap termasuk pelatihan dan semuanya dibiayai Jerman 5,3 juta euro," tutur Lambrecht.
Lambrecht mengungkapkan, pihaknya berdiri di pihak Kiev dan harus melakukan segalanya untuk meredakan situasi.
Baca Juga:
Unggul 87,32 Persen Suara, Vladimir Putin Jadi Pemimpin Terlama di Rusia Setelah Joseph Stalin
"Pengiriman senjata tidak akan membantu saat ini, dan hal itu adalah konsensus di dalam pemerintah," ujar Lambrecht.
Seperti diketahui, Rusia menempatkan puluhan ribu tentara di perbatasan Ukraina.
Ini menyangkal dugaan akan menginvasi Ukraina tetapi menuntut jaminan keamanan, termasuk larangan permanen bagi negara itu untuk bergabung dengan NATO.
Mengamini sekutu Barat, Lambrecht mengatakan, permintaan Moskow untuk memutuskan negara mana yang boleh bergabung dengan NATO adalah "garis merah" bagi aliansi tersebut.
“Tidak ada hak veto Rusia untuk menjadi anggota NATO. Setiap negara berdaulat yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan kita, bebas untuk mengajukan keanggotaan. Tetapi di luar garis merah ini, ada kesiapan dari Barat untuk berbicara dengan Rusia dan mempertimbangkan kepentingannya," kata Lambrecht, menjelaskan.
Konvoi kendaraan lapis baja Rusia bergerak di sepanjang jalan raya di Krimea, Selasa, 18 Januari 2022.
Rusia telah memusatkan sekitar 100.000 tentara dengan tank dan senjata berat lainnya di dekat Ukraina dalam apa yang dikhawatirkan Barat dapat menjadi awal invasi.
Sementara itu, beralih ke Mali, konflik lain yang melibatkan Rusia, Lambrecht mengatakan bahwa Moskow tidak akan mencapai tujuannya hanya dengan mengerahkan tentara bayaran ke negara-negara Afrika Barat.
Mali merupakan pusat pemberontakan kelompok Islam yang dimulai di utara negara itu pada 2012 dan menyebar tiga tahun kemudian ke negara tetangga; Niger dan Burkina Faso.
Sejauh ini, Jerman memiliki sekitar seribu tentara yang ditempatkan di Mali sebagai bagian dari misi MINUSMA PBB.
Barat percaya bahwa beberapa ratus tentara bayaran Rusia dari Wagner Group dikerahkan di tengah dan utara negara tersebut.
"Moskow tidak akan berhasil membuat Barat melakukan tindak mundur semu secara otomatis, di mana ia tidak ingin melihat kami dengan mengirimkan tentara bayaran. Kami tidak akan menyerah, kami tidak akan membuatnya semudah itu bagi Rusia," kata Lambrecht.
Ternyata, Wagner Group menimbulkan kontroversi melalui kegiatannya di Suriah, Libya dan Republik Afrika Tengah, serta konflik di Ukraina Timur.
Rusia menyangkal adanya hubungan pemerintah dengan Grup Wagner, tetapi unit tersebut sering dikaitkan dengan Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin. [rin]