WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir kembali meningkat tajam setelah pembantaian brutal yang mengguncang Kashmir.
Tragedi penembakan 26 turis Hindu di wilayah wisata yang dikuasai India telah menyulut gelombang saling tuding antara New Delhi dan Islamabad, menciptakan kekhawatiran luas akan pecahnya konflik besar-besaran.
Baca Juga:
Penganut Ahmadiyah Tewas Dipukuli Massa di Karachi
Pakar militer dari Inggris, Kolonel (Purn) Michael Eastwood memperingatkan bahwa "konflik terbuka antara India dan Pakistan adalah mimpi buruk strategis yang bisa berdampak global." Ia menyebut Kashmir sebagai "titik api paling berbahaya di dunia saat ini."
Pakistan dan India bisa terlibat perang besar menyusul pembantaian 26 turis Hindu di Kashmir yang dikuasai India pada Selasa sore lalu.
Insiden tersebut memicu tudingan tajam dari New Delhi yang secara langsung menyalahkan Islamabad atas serangan brutal yang terjadi di lokasi wisata populer itu.
Baca Juga:
Teror Mencekam! Kereta Dibajak, Pelaku Bom Bunuh Diri Duduk di Antara Penumpang
Namun, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif menolak tuduhan itu dengan keras dalam wawancara bersama jurnalis Sky News, Yalda Hakim.
"India telah merencanakan serangan ini sendiri dalam operasi false flag. Mereka menciptakan situasi ini," ujar Asif lantang.
Berbicara dalam program "The World" di Sky News, Asif menyampaikan bahwa dunia harus serius mengkhawatirkan potensi konflik berskala penuh antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.
"Ya, saya pikir begitu. Bentrokan antara dua kekuatan nuklir selalu mengkhawatirkan. Jika terjadi kesalahan, bisa jadi ada hasil yang tragis dari konfrontasi ini," ujarnya.
Meskipun memperingatkan kesiapan militer Pakistan untuk menghadapi segala kemungkinan, Asif menegaskan bahwa pihaknya masih membuka ruang diplomasi.
"Kita harus menyelesaikan masalah kita melalui negosiasi," tegasnya.
Dia juga memperingatkan bahwa eskalasi bisa dengan cepat berubah menjadi perang habis-habisan jika provokasi dari India terus berlanjut.
"Kami akan mengukur respons kami terhadap apa pun yang diprakarsai oleh India. Itu akan menjadi respons yang terukur. Jika terjadi serangan habis-habisan atau semacamnya, maka jelas akan terjadi perang habis-habisan," tegas Asif.
Perdana Menteri India Narendra Modi sendiri telah menyatakan bahwa pemerintahannya akan mengejar para pelaku serangan tersebut "sampai ke ujung Bumi."
Ketika ditanya tentang kemungkinan peran Amerika Serikat dalam meredakan situasi, Asif mengatakan, "Jelas dia (Presiden Donald Trump) memimpin kekuatan dunia, satu-satunya kekuatan dunia."
"Ini juga merupakan titik api yang memiliki dua kekuatan nuklir yang saling berhadapan. Saya pikir perhatian terhadap situasi ini dan jika kekuatan dunia dapat campur tangan dan membawa kewarasan ke dalamnya, itu akan sangat baik," tambahnya.
Namun, ia menekankan bahwa jika India mengambil tindakan militer sepihak, maka Pakistan tidak akan tinggal diam.
"Jika ada inisiatif dari India, kami akan menanggapinya dengan cara yang sama. Kami tidak akan punya pilihan, sama sekali tidak punya pilihan," kata Asif.
Sengketa Kashmir telah berlangsung selama lebih dari tiga dekade dan merenggut puluhan ribu nyawa.
Meskipun kekerasan sempat mereda dalam beberapa tahun terakhir, serangan terbaru ini menghidupkan kembali bara konflik yang sewaktu-waktu bisa meledak menjadi perang skala penuh.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]