WahanaNews.co | Menurut laporan dari STR (Smith Travel Research), Kota Sydney mencatatkan rekor kinerja bulanan perhotelan tertinggi pasca pandemi, menurut data awal September 2022. Okupansi rata-ratanya adalah 71,8 persen. Harga tarif hotel di Sydney adalah AUD 252.13 atau sekitar Rp 2,5 juta.
Pendapatan per kamar yang tersedia alias RevPAR pun mencapai AUD 181,05 atau sekitar Rp 1,81 juta. Tingkat Okupansi Pasar dan RevPAR ini adalah yang tertinggi semenjak Februari 2020, sementara tarif harian rata-rata atau ADR mencapai level tertinggi sejak Februari 2018.
Baca Juga:
4 Orang Jadi Korban Penikaman Saat Siaran Kebaktian Gereja di Sydney
STR (Smith Travel Research), Inc. adalah divisi dari CoStar Group yang menyediakan data pasar industri perhotelan di seluruh dunia, termasuk data penawaran dan permintaan serta pangsa pasar. STR menyediakan pembandingan data premium, analitik, dan wawasan pasar untuk sektor perhotelan global. Didirikan pada tahun 1985, STR mempertahankan kehadirannya di 15 negara dengan kantor pusat perusahaan di Hendersonville, Tennessee, kantor pusat internasional di London, Inggris dan kantor-kantor perwakilan di Italia, Dubai, Brasil, Singapura, Tokyo, Jakarta, Sydney, dan Beijing.
Head of Hotel Australasia SKYE Suites, David Bowen merasakan tingginya wisatawan di Kota Sydney pasca pandemi. “Bahkan Tourism Accommodation Australia (TAA) melaporkan bahwa tingkat rata-trata okupansi hotel di kota Sydney mendekati 83 persen pada 28 Mei 2022," katanya.
3 Hotel SKYE Suites, yaitu SKYE Suites Parramatta, SKYE Suites Sydney dan SKYE Suites Green Square, sendiri 'panen' banyak pasca pandemi. Menurut David Bowen, okupansi hotel di Sydney cukup tinggi dalam beberapa bulan terakhir. “Kami berhasil mencatatkan tingkat okupansi yang mencapai di atas 80 persen dalam beberapa bulan terakhir," lanjut David Bowen.
Baca Juga:
Siap-Siap, Atdikbud Bakal Fasilitasi PTS Go International
“Ini adalah hasil kerja keras dari tim profesional kami dalam mewujudkan pengalaman yang sama sekali berbeda bagi setiap tamu yang menginap di hotel kami”
Tingginya okupansi hotel di Sydney pun didukung oleh kebijakan pemerintah Australia yang membuka pintu negaranya sebesar-besarnya setelah sempat lockdown beberapa lama. “Selain itu, kebijakan pemerintah Australia membuka pintu gerbang internasional semenjak bulan Februari 2022 jelas sangat mendorong pertumbuhan industri perhotelan yang sempat terdampak pandemi Covid-19,” kata David Bowen. Sebagai contoh tambahan dari dampak kebijakan pembukaan gerbang internasional adalah perhelatan acara tahunan Vivid Sydney pada tahun ini berhasil mencatatkan peningkatan jumlah pengunjung sebesar 7,5 persen dibandingkan tahun 2019.
David mengatakan sejak gerbang internasional dibuka, tercatat lonjakan wisatawan asing asal Asia khususnya Indonesia menginap di ketiga Hotel SKYE Suites. “Lokasi, fasilitas dan layanan yang ditawarkan serta karakter masing-masing hotel SKYE Suites mungkin yang menjadi magnet bagi wisatawan asing tersebut,” kata David.
Menjelang akhir tahun 2022 SKYE Suites Green Square berhasil menduduk peringkat 18 dari 210 Hotel berbintang di Kota Sydney versi Tripadvisor. Bagi David dan tim, pencapaian ini adalah sebuah prestasi membanggakan yang dicapai oleh jaringan hotel SKYE Suites, yang yang didirikan di Sydney, Australia, oleh pengusaha kelahiran Indonesia, Iwan Sunito. Pencapaian ini bahkan diraih lebih dari 2 tahun setelah dibuka untuk umum pada Maret 2020.
SKYE Suites Green Square bahkan berhasil mengungguli pencapaian salah satu “saudaranya” yaitu SKYE Suites Sydney, peraih gelar Apartment/Suite Hotel of The Year 2022 yang saat ini menempati peringkat ke-43. SKYE Suites Green Square mampu melampaui peringkat hotel-hotel populer seperti Pullman Quay Grand Sydney Harbour (42), Sydney Harbour Marriott Hotel at Circular Quay (57), Hilton (67), InterContinental Sydney (74) dan Shangri La (106) di Tripadvisor.
CEO Crown Group Iwan Sunito mengatakan, “Saya kagum dengan apa yang telah kami capai dalam waktu yang begitu singkat. Kami berhasil menembus 20 besar hanya dalam kurun waktu sekitar 2 tahun adalah sebuah hal yang luar biasa, mengingat kami masih merupakan “brand” baru dibandingkan nama-nama lainnya yang sudah lama eksis di industri perhotelan dunia,”
“Sebuah bukti bahwa orang Indonesia bisa dan mampu berkompetisi secara global di luar negeri” tambah Iwan Sunito. “Mungkin yang membedakan kami dengan hotel-hotel lainnya adalah pengalaman menginap yang kami tawarkan kepada para tamu kami,” kata Iwan. [afs]