WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) dan Ukraina semakin berselisih soal rencana konflik Kiev dengan Rusia. Demikian laporan Politico pada Minggu (12/3/2023).
Ada desakan Presiden AS Joe Biden bahwa Ukraina harus segera berdamai, dan tak mungkin bertahan lebih lama lagi, demikian ungkap pejabat Washington dalam laporan Politico.
Baca Juga:
Bashar Al Assad Tinggalkan Suriah, Rusia Beri Suaka demi Stabilitas Regional
“Penolakan Ukraina untuk mundur dari kota Artyomovsk (Bakhmut) yang terkepung membuat beberapa pejabat administrasi Biden khawatir bahwa mereka menghabiskan begitu banyak tenaga dan amunisi sehingga mereka tidak dapat melawan pasukan Rusia di tempat lain,” tulis laporan Politico.
Menurut laporan tersebut, "Kiev sejauh ini mengabaikan masukan Washington, meskipun Pentagon telah menyatakan bahwa pertahanan kota tidak strategis untuk Ukraina."
Perselisihan tentang relevansi Bakhmut telah dilaporkan di media AS, tetapi itu hanyalah salah satu perbedaan yang disorot oleh Politico.
Baca Juga:
Connie Bakrie Sebut Tak Ada Urgensi dalam Kasusnya
Meskipun Amerika Serikat telah mengirim senjata senilai puluhan miliar dolar ke Ukraina, tapi Zelenskyy telah berulang kali meminta lebih.
“Ada keluhan tentang permintaan tanpa henti, dan kadang Zelensky tidak menunjukkan sikap berterimakasih,” tulis Politico, mengutip dua pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya.
Biden telah berulang kali menyatakan AS akan terus mengalirkan senjata Amerika ke Ukraina "selama diperlukan", dan Kiev sendiri yang akan memutuskan kapan akan duduk untuk pembicaraan damai dengan Rusia.
Namun, para pejabat AS dilaporkan khawatir bahwa janji Zelensky untuk merebut Crimea yang memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014, hanya akan “memperpanjang perang” dan dapat memicu “eskalasi dramatis dari Moskow”.
Laporan Politico bukanlah indikasi pertama bahwa Washington tidak mendukung rencana Zelensky untuk Crimea.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley memperingatkan pada bulan Januari bahwa menyerang semenanjung Crimea Rusia itu akan “sangat, sangat sulit”.
Adapun Pentagon dilaporkan telah memberi tahu Kongres bahwa Ukraina tidak memiliki kemampuan meluncurkan operasi semacam itu.
“Biden terus berpegang teguh pada pernyataannya bahwa Amerika Serikat akan menyerahkan semua keputusan tentang perang dan perdamaian kepada Zelensky,” tulis Politico.
Politico menambahkan, "Tapi bisikan telah dimulai di Washington tentang seberapa dapat dipertahankan hal itu saat perang berlanjut."
Pengambilan keputusan Ukraina juga dipertanyakan oleh agen intelijen AS, yang mengatakan kepada New York Times pekan lalu bahwa "kelompok pro-Ukraina" berada di balik serangan September 2022 terhadap pipa gas Nord Stream.
melansir Sindonews, meskipun mata-mata tersebut menekankan bahwa pemerintah Zelensky tidak terlibat, Politico mengklaim pemerintahan Biden telah memberi isyarat kepada Kiev bahwa “kekerasan di luar perbatasan Ukraina tidak akan ditoleransi.”
Artikel New York Times bertentangan dengan laporan sebelumnya oleh jurnalis Seymour Hersh, yang menyalahkan ledakan tersebut pada pemerintahan Biden dan CIA.
Moskow menggambarkan laporan New York Times sebagai "tipuan terkoordinasi" yang bertujuan mengalihkan kesalahan dari AS ke Ukraina. [afs/eta]